Jumat, 26 Desember 2014

Selembar masa lalu

Selembar masalalu.
Di ingatanku.
Menempel seperti permen karet di bagian bawah sepatu.
Bikin pilu.

Selembar masalalu.
Mirip benalu.
Melekat di banyak sekali lagu.
Yang sendu-sendu melayu.
Andai selembar masalalu ini hanya selembar kertas yang bisa kurobek-robek .
Andai selembar masalalu ini hanya selembar foto yang bisa
kulempar ke perapian.

Selembar masalalu ini,
Seperti bagian tubuhku.
membuangnya aku melukai diri sendiri.
Namun melupakannya juga aku tak bisa.

Selembar masalalu.
Entah mengapa ada melulu.
Baik di sepiku hingga duniaku.
Namanya selalu kudengar di sejauh-jauhnya aku berlabuh.

Selembar masalalu,
dialah mantan kekasihku.
Yang mencuci kakinya di hatiku.
Kemudian berlalu
membawa separuh jiwaku.
Kepergiannya telah menguras banyak semangatku.
Bayang-bayangnya ialah hantu,
mengikutiku dengan membebaniku.

Selembar masalalu itu memanglah piluku.
Yang membuat yang lain nampak seperti kekosongan di mataku.
Hampa—kumenghakimi hidup ini.
Siapapun yang mencintaiku jadi percuma.
Dan aku selalu berurusan dengan diriku sendiri.
Namun itu membuatku merasa,sendirian.
Di antara segala hati yang peduli kepada ku.

Selembar masalalu.
Terlalu penting di hatiku.
Kumerawatnya dengan menipu-nipu.

Jumat, 12 Desember 2014

Bahagia itu sederhana

Bahagia Itu Sederhana, selalu dapet sapaan selamat pagi dari kamu misalnya.

Bahagia Itu Sederhana, bisa liat senyum
kamu tiap hari misalnya. apalagi kalau senyum itu ditujukan khusus untuk aku.

Bahagia Itu Sederhana, bisa ngobrol berduaan sama kamu tiap hari, ya… walau gak lama.

Bahagia Itu Sederhana, bisa duduk samping sampingan sama kamu.

Bahagia Itu Sederhana, bisa ketawa bareng kamu. yah… walau ngetawain hal-hal yang gak penting.

Bahagia Itu Sederhana, selalu inget nyelipin nama kamu diantara Basmallah dan Amin-ku…
O:)

Bahagia Itu Sederhana, bisa ngobrol panjang lebar sama kamu walau via BBM.

Bahagia Itu Sederhana, BBM aku selalu
kamu read dan kamu bales. kapan pun dan dimana pun. <3

Bahagia Itu Sederhana, bisa bergadang
bareng kamu. yah… walau cuma via handphone.
(gak disatu tempat yang sama, kamu
dirumahmu, aku dirumahku)

Bahagia Itu Sederhana, dapet ucapan “good nite and have a nice dream” dari kamu. yahhh walau gak tiap malem.

Bahagia Itu Sederhana Selama masih ada kamu di hidup ku.

Kamis, 11 Desember 2014

Monolog menjelang pagi

Sebelum dini hari menjadi pagi,
aku berangan mendengarkan napasmu
perempuan berjantung rembulan,
mahir menidurkan badai dengan usap tangan yang menenangkan

Sangka ini melahirkan ribuan anak danau di mataku tempat tata surya berkaca,
menerka jumlah denyut di kedalaman duka,
mengukur ceruk luka yang semakin dalam karena kecewa

Gelap malam telah menyerupai warna bir yang kutuang
rindu menjelma degub yang meramaikan jantung serigala hutan
menuduh bibirmu sebagai korban,
sebait metafora dari kelenjar sayap yang
mengajakku terbang

Ceritakan padaku,
seperih apa gerimis malam ini menjatuhi ubun-ubunmu
lebih nyeri dari jantung binatang buruan yang terpanah,atau melebihi anyir sayatan yang dilembabkan nanah?

Goresan dan guratan

Suara hujan tak lagi senada.
Aku berkemas ketika jarum detik masih berputar setengah lingkaran.
Mengelabuhi sisa gema langkahmu yang
meneruskan suara bantingan pintu.
Subuh merapat, menggaungkan khusyuk suara adzan yang semakit dekat.

Di sini, aku duduk berhadapan dengan halaman yang pernah kau sakiti.
Jejakmu pernah menginjak segala yang tak
tampak, mengundurkan diri meski tak ada yang menginginkan engkau pergi.
Kamu sudah terlambat, kata waktu.
Masih banyak dongeng kita yang harus kuusung satu per satu.

Aku sedang menunggu badai yang berpusat dari senyummu,kenangan, juga beberapa perihal yang lupa kita tuliskan.
Badai yang tak pernah dihitung oleh dunia
seperti air telaga yang gagap membaca gerak bulu-bulu angsa.

Engkau pernah lahir dari air mataku,
yang kerap memohon kamu ada.
Sebab rindu kerap merupa lilin tanpa sumbu.
Leleh tanpa api yang kunamai pelukmu.

Sore nanti, jika senja mulai menguning,
sempatkan waktu untuk menengok keadaan
rinduku.
Kita pinjam sampan para nelayan,
menghadapi ombak yang ditiup ramah angin daratan.

Sabtu, 06 Desember 2014

Tak bisa menjadi yang semestinya

Hari ini aku bertemu dengan seseorang dari
masalalu. Orang yang dulu pernah memanggilku ‘sayang’, sebelum akhirnya memilih meninggalkanku.

Ada perasaan canggung, awalnya. Sebelum
semuanya ditenangkan oleh rasa kangen.
Mungkin benar, saat bertemu dengan seseorang yang dulu pernah kita sayang, kita akan merasakan kangen, itu wajar.

Aku duduk berhadapan dengannya.

“kamu masih suka kopi?”

Dia memang tahu, kalau dulu aku menyukai kopi.Dan sering kali, dia melarangku untuk minum air pekat pahit itu. Dia tidak suka melihatku minum kopi.

“untukmu kopi itu tidak baik. Lihat tubuhmu! Kurus.”

Aku sempat tidak menghiraukan ucapan dia. Aku pikir, kalau dia benar-benar mencintaiku. Dia akan menerimaku apa adanya. Termasuk semua kebiasaanku. Baik atau pun buruk.

Benar. Dia benar-benar mencintaiku. Aku bisa merasakan itu. Dia begitu tabah menghadapi hobiku yang tidak baik untuk tubuhku. Selain suka meminum kopi berlebihan –sampai lebih empat cangkir sehari- aku juga suka merokok.

“aku mungkin bisa memahamimu untuk minum kopi, tapi tolong jangan merokok di dekatku! Itu tidak baik untukku.”

Untuk hal itu aku memenuhi keinginannya. Aku tidak pernah merokok di dekatnya lagi. Namun aku tidak pernah berhenti merokok, dan tetap meminum kopi. Hingga pada akhirnya dia merasa lelah. Ia pergi meninggalkanku. Menanggalkan semua hal yang pernah kami sepakati.

Hari ini kami duduk berdua. Aku masih
merasakan kelembutannya saat berbicara. Dia menatap mataku. Sepertinya kasian melihat tubuhku yang semakin kurus.

“apa kamu pernah mencintaiku apa adanya?”

Entah kenapa pertanyaan itu keluar dari mulutku.Ah, ini pertanyaan yang seharusnya aku sampaikan 7 tahun lalu, sebelum kami putus.Sebelum dia memutuskanku lebih tepatnya.

“aku bahkan perempuan yang paling bisa
menerimamu apa adanya.” Dia menatapku lebih lembut, matanya seperti kasian. “tapi kamu tidak pernah bisa menerimaku apa adanya. Aku ingin kamu lebih baik. Berhenti merokok. Berhenti minum kopi berlebihan. Itu tidak baik untuk kesehatanmu! Tapi kamu tidak pernah mau mengabulkan pintaku.”

“berarti kamu tidak bisa menerimaku apa adanya.Kamu menuntutku untuk berubah.” Potongku.

“kamu tahu. Mencintai itu berdua. Menerima apa adanya adalah menerima hal-hal yang akan membuat kita berdua menjadi lebih baik. Apa kamu tidak berpikir, jika kita menikah nanti,kamu sakit-sakitan, lalu anak kita akan ikut sakit-sakitan. Dan semuanya berantakan. Aku tidak bisa menerima semua itu. Karena apa yang kamu lakukan bukanlah hal yang baik untukmu.
Untuk kita. Menerima pasangan apa adanya,bukan berarti membiarkan dia tetap menjadi buruk. Tapi menerima dia dengan senang hati,lalu mengajak bersama-sama untuk menjadi lebih baik. Bersama-sama saling memperbaiki diri.”

Aku terdiam. Dia tersenyum kepadaku. Aku tidak punya kalimat yang tepat untuk membalas ucapannya. Rasanya menyesakan. Orang yang mencintaiku akhirnya menyerah, bukan karena dia tidak bisa menerima aku apa adanya. Tapi karena aku tidak bisa membuat diriku menjadi semestinya.

Jumat, 28 November 2014

Putus lah asa ini

Apakah aku harus berhenti..
ketika mimpi tak lagi punya arti
lalu.. akankah aku harus tetap terdiam..
ketika angan hanya sebuah harapan
yang tak mungkin untuk terwujudkan

sungguh.. aku sangat lelah
dan terima kasih karena telah memberiku luka
aku sirna... seperti bayangan menjelang terang
hilang tanpa sedikitpun akan tetap di kenang
seperti layangan yang telah kehilangan benang
tanpa arah dan lalu hilang tanpa tujuan.

aku jenuh..
dan kapalku tak kunjung berlabuh..
hingga terlupa cara melempar sauh..
aku tersesat di tengah hutan yang begitu gelap, kelam dan begitu suram.

aku kalah.. dan aku kan mengalah
tolong aku..., aku seperti serigala yang kehilangan
rembulan..
melolong penuh kerinduan..
kakiku perih karena berlari tiada henti, berdarah dan
bernanah menuju lembah fatamorgana.

dimana kebahagiaan.. keluhku pada harapan..
dimana kedamaian.. teriakku pada keramaian

aku mati..
bahkan nisanku tiada yang menangisi..
cuma sebongkah batu yang selamanya akan membisu
hanya seonggok tanah merah.. yang akan mudah
terlupa..

Rabu, 26 November 2014

Menanti

lagi-lagi aku terbayang
tentang sesuatu yang aku harap segera
menghilang
lagi-lagi aku terngiang
suara lembut yang membuat hati meradang

sudahlah..
walau kadang terasa lelah
mengapa hati selalu bimbang
bukankah cinta itu tak mesti di kenang
sedangkan perjalanan masih terlalu panjang

masihkah ada harapan ?
tentang sesuatu yang selalu kunantikan
walau semua tak ada kejelasan
tapi setidaknya...berikan aku sedikit saja
penjelasan

aku belum gila..
tapi mengapa mengingatmu itu sungguh
menyiksa
aku masih belum menyerah sayang..
walau menantimu itu seperti kepingan
yang tidak tahu kapan bisa disatukan

ah.. tapi tak mengapa
biarkan saja semua seperti adanya
biarkan saja mereka tertawa seenaknya
karena cinta tetap cinta..
dan biarkan saja waktu yang akan menjawabnya

Selasa, 25 November 2014

Menunggu diam

bukan jawaban.. tapi hanya diam
bahkan suara indahmu telah tenggelam oleh
denting jam
aku masih menunggu, walau hanya sebuah
jawaban
begitu banyak kepastian yang ku nantikan.

dan engkau hanya diam..
seolah telah tenggelam..oleh bisu yang begitu
kelam
bahkan waktu menertawaiku.. karena aku ikut
terpaku,
menunggumu bersama heningmu..

apakah aku harus bersumpah serapah..
atas penantian yang begitu lama
atau... aku hanya berlapang dada
lalu pergi.. dengan begitu banyak pertanyaan di
kepala.

jangan menyiksaku dengan bisu
lalu kemudian membunuhku dengan pesonamu
karena sebuah senyuman bukanlah sebuah
jawaban
pada sebuah hati yang begitu.. meminta harapan
dan lalu perlahan-lahan menjadi sebuah ketidak pastian.

Jumat, 14 November 2014

Rindu jadi benalu

Malam ini biarkan aku merenung di bawa
keheningan malam.
Terpaku menatap langit yang tak balas
menatapku.
Aku tidak akan berpikir bahwa itu karena
langit terlalu angkuh untuk melihatku yang
hanyalah seorang pengagumnya.
Aku hanya akan berpikir, saat ini dia terlalu
sibuk untuk membalas senyum yang sedari
tadi telah ku lemparkan padanya.

Mungkin, dia tengah menatap bintang?
Atau, dia sedang bersama dengan
rembulan?
Atau mungkin, seperti diriku dia juga ingin
sendirian?
sebenarnya aku hanya terlalu ingin tahu,
Benarkah, langit benar-benar tidak tahu?
Bahwa rinduku terlalu kuat dalam
belenggu.
Hingga, membuatku seolah-olah berubah
menjadi benalu.

Kamis, 23 Oktober 2014

Senja yang lupa ku tulis

Satu senja pernah kita habiskan dengan
diam dan keadaan yang semakin
mendingin. Sepasang kupu-kupu dengan sayap tua menguning, terbang menggiring kata bosan yang keluar dari bibirmu.
Gerimis sore itu seperti jutaan tombak yang ingin menikam segala yang lelah di
kepalaku. Hening membatu, tanpa satu pun suara yang berniat melenturkan lidah kita.
Untuk mengelabuhi kecewa, di atas
selembar roti aku melukis setangkai mawar dengan mentega. Kuletakkan tepat di sebelah teh wangi melati yang kau pesan dengan hati benci dan segala yang menyakiti.

Sore ini, sekeping kegagalan telah tersaji pekat di atas meja pertengkaran. Dimasak di sebuah dapur yang menyeruakkan wangi bunga-bunga setelah kau mengenal dia.
Petir di luar menyerupai suara tawa mereka yang di depannya dulu, aku pernah membanggakanmu.

Sepertinya kita butuh senja lain untuk
mengumpulkan percakapan.
Satu sore saja, aku rasa tak akan cukup
untuk menampung perbincangan kita yang semakin tajam dan mulai gemar saling melukai. Aku menyadari bahwa kita hanyalah sepasang permohonan yang tak pernah selesai di hadapan doa.
Sebelum kau dan aku benar-benar paham,pertemuan adalah perintah takdir untuk
kita berpelukan, lalu saling tabah
melepaskan. Kelak, silam juga akan
mengajak kita untuk saling memunggungi.
Tanpa perlu mengingat lagi, kedua dada
kita pernah saling berjanji untuk mengingat sehidup hingga mati.

Ternyata benar apa yang dulu pernah aku takutkan, terutama perihal mencintai,melepaskan memang butuh rasa sakit yang lebih.

Semoga tulisan ini tak hanya berupa angin,yang membawa kabut senyummu menuju bening laut air mataku. Berbahagialah,rebahkan kekagumanmu di dadanya.
Jangan lupa satu hal; datanglah kembali
ke sini, jika kau butuh sesuatu yang bisa
kau lukai.

Selasa, 21 Oktober 2014

Aku berharap, semoga bukan kamu lagi

Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia, bukan karna aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu.

Itu menyakitkan. Seperti pukulan yang
sebenarnya ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk. Supaya aku dapat melihat Tuhan memakaikan kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan. Sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.

Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu, mengelilingi tubuhku, dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku.

Ada satu hal yang sampai hari ini masih
membuat aku bangga menjadi aku, yaitu karena aku mampu terima kamu apa adanya.

Aku meminta ampun kepada Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau suatu saat, ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tidak lagi menginjak bumi. Sebab hidup
terasa bagaikan dinding yang dingin.

Aku harus menjadi paku. Kamu yang bagai lukisan dan cinta itu palunya. Memukul aku,memukul aku, dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.

Pada akhirnya, semoga tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas.

Sabtu, 18 Oktober 2014

Untukmu aku . . . . .

Untukmu aku,

Berdiri di atas hujan

Berlari di tengah badai

Mendayung bersama ombak

Melihat ke arah samar

Bertarung di dalam hati

Mengambil nafas yang panjang

Hingga aku menerobos kesesakan

Sampai tertatih-tatih, jatuh dan terluka

Ini adalah bukan sampai kapan aku
mampu bertahan,

karena bagiku,
kau adalah selamanya aku hidup

Rabu, 15 Oktober 2014

Tentang sebuah pengganti masa lalu

Sesuatu yang telah berakhir,
seharusnya memanglah
berakhir. Tanpa ada satu hal
pun yang masih tertinggal atau
berbekas. Dan setelah itu kita
memulai lembaran baru. Tetapi
sayangnya tidak sesederhana
itu, setiap manusia memiliki
ingatan yang menyimpan
kenangan, membuat manusia
itu sendiri menjadi pengingat
yang baik perihal momen yang
pernah dilewati bersama.

Di antara ratusan juta manusia
yang tinggal di bumi ini, ada
yang datang dan pergi di dalam
kehidupan. Di antaranya ada
juga yang menetap hingga saat
kamu membaca tulisan ini.
Orang yang datang mengisi
kehidupan sedikit banyak
memberikan perubahan di
dalam diri dan dunia kita. Orang
yang pergi pun sedikit banyak
memberikan kenangan yang kita
ingat di dalam kepala.

Ya, orang yang pergi selalu
meninggalkan kenangan. Suara,
canda, tawa, tangis, senyum,
pengalaman, dan hal apapun
yang membekas di ingatan.

Sebagian orang masih
mengingat dan menikmati
kenangan tentang seseorang
yang dicintainya. Kadang
kenangan yang
membangkitkan luka, yang
berisiko menyakiti hati. Sama
halnya seperti memutar
sebatang rokok di antara jemari
dan telapak tangan. Kamu tau
betul akan terluka jika ujung
rokok yang menyala terkena
kulit, tapi kamu tetap
melakukannya. Mungkin seperti
itulah analogi ketika menikmati
kenangan.

Ketika seseorang yang
kamu cintai pergi dalam
keadaan masih sangat
mencintainya, apa yang akan
kamu lakukan? Beranjak dan
merelakannya? Atau pasrah
terjembab dalam kubangan
masa lalu? Atau…, mencari
seorang ‘pengganti’?

Seorang yang baru untuk
menggantikan posisinya di
hatimu. Seorang yang kamu
butuhkan untuk mengobati luka
patah hati. Seorang pengganti
yang dapat kau cintai.

Berbicara tentang pengganti,
secara sadar atau tidak,
sebetulnya kamu hanya
menukar posisinya dengan dia
yang telah pergi.

Dan taukah kamu bahwa itu
sebuah hal yang keliru?

Takkan ada pengganti untuk dia
yang telah pergi, takkan ada.
Sebab dia hanya satu dan satu-
satunya di dunia ini. Dia spesial
dan memiliki tempat yang
istimewa di hatimu, karenanya
kamu mencintainya dengan
sangat sampai sulit dan bahkan
tidak bisa merelakannya.

Menjadikan dia yang baru
sebagai pengganti sama
saja kamu
menganggapnya sebagai alat
yang berfungsi
membahagiakanmu dan sebagai
pelampiasan. Kamu tidak
benar-benar mencintainya,
karena perasaanmu masih yang
lama. Cinta terhadap orang
yang telah pergi. Dengan begitu
kamu menipu hati.

Bukankah itu egois? Karena
kamu hanya memikirkan dirimu
sendiri? Bukankah itu bentuk
ketidakmampuanmu dalam
menerima kenyataan bahwa dia
yang lama telah pergi?
Sehingga kamu
menggunakan dia yang
baru sebagai pengganti.

Dia yang baru adalah seorang
yang sepantasnya kamu cintai
dengan hati dan perasaan yang
baru, yang tanpa sedikit pun
tertempel hal dari masa lalu.
Seperti selembar kertas putih
yang masih kosong. Kamu dan
dia menulis cerita baru tanpa
mengingat lagi hal-hal yang
sudah berlalu.

Ingatlah, dia yang baru
bukanlah pengganti, dia punya
peran dan porsinya sendiri
mengisi kehidupanmu. Lebih
baik atau lebih buruk pun
takkan sama, meskipun ada
kemiripan dengan dia yang
lama.

Menjadikan dia yang baru
sebagai pengganti sama saja
menyakiti dirimu sendiri dan
tentu menyakitinya, sampai
suatu hari kamu menyadari
bahwa yang telah kamu lakukan
adalah sebuah kesalahan atas
egomu. Sampai suatu hari dia
akhirnya menyadari bahwa
kamu tidak benar-benar
mencintainya.

Dia yang baru bukanlah
pengganti, sebab dia mencintai
dirimu dan yang menemanimu
membangun masa depan.

Minggu, 12 Oktober 2014

Mungkin di lain hari

Terkadang aku ingin berdoa
seraya menangis kencang
dalam kebisuan pada malam-
malam lalu. Memperlihatkan
kelemahanku pada Tuhan
bahwa tidak semua lelaki dapat
menahan kerinduan terhadap
perempuannya.

Entah kapan kita pernah berjanji
untuk bertemu, setelah sekian
lama aku menabung pundi-
pundi rindu yang kusimpan di
dalam dadaku yang kian
meringkih akibat harapanku
sendiri dari waktu ke waktu.

Namun sayangnya penantian
tak pernah sederhana, dan
sayangnya penantian tak selalu
menghasilkan temu. Kau tau?
Aku selalu menghargai waktu
dengan tidak membahasnya
saat bersamamu. Kau tau?
Setiap pertemuan adalah bom
waktu menuju perpisahan
hingga tiba saatnya entah
dengan alasan apa di ujung
jalan kita melepas genggaman.

Kau tau?

Tak ada yang benar-benar
selamat dalam ucapan selamat
tinggal.

Mungkin di lain hari kita akan
bertemu kembali. Aku ingin
melihat siapa di antara kita
yang senyumnya paling
bahagia.

Bersiaplah, bila suatu hari
waktu itu tiba.

Kita berdua sama-sama hilang.

Senin, 06 Oktober 2014

Pohon

Suatu hari aku memiliki pohon yang amat
indah aku pandang.tapi berduri, pohon itu pun tak banyak memiliki kelebihan.
Pohon itu berjenis kaktus.
Orang-orang menyuruhku membuang
kaktusnya.”berbahaya banyak mencelakai
banyak orang” sampai tumbuhlah sebuah pohon aneh tak indah dipandang mata.tapi kenapa orang -orang menyukainya?
“Pohon kelapa baik untukmu.banyak
fungsinya semua yang ada pd pohon itu bisa kamu gunakan nanti.”
“Tapi dia tinggi dan berdaun jarang tak
lebat.mana mgkn aku bs berteduh
dibawahnya”
“Lihatlah deratan pohon kelapa di pinggir pantai.bnyk orang meneduh dibawahnya karna tak ada pohon lain lagi selain kelapa.”
Tak lama setelah tumbuhnya pohon
kelapa.pohon kaktus itu melukaiku dengan durinya.ternyata benar kaktus itu berbahaya.kuberikan kaktus itu kepada seseorang yang pantas merawatnya.
Ku merawat baik-baik pohon kelapa yang tumbuh dengan cepat.
Bakal buah terlihat banyak.batangnya
kokoh.daunya berjejer rapi nan indahnya.
Waktu terus berjalan hingga waktunya
kubisa dapat melihat buahnya tumbuh.
Tapi tiba² buah kelapa itu ditebang orang.
Kulihat dengan mata kepalaku sendiri.buah
kelapa disantap dengan lahap dan
nikmatnya oleh orang itu.daun²nya yang
tumbuh rapi dan lebat dijadikan atap
rumah untuk berteduh.batang²nya
dijadikan penyangga rumahnya yang kokoh.
Lalu apa yang harus kulakukan?marah?
murka?
Pantas kah aku melakukannya?
Aku hanya merawatnya bukan
menciptakannya.
Sekarang aku tak punya sebatang pohon pun.
Aku terus berjalan mengikuti arah angin
sesekali berteduh kesana kemari.
Banyak kutemui pojon rindang yg
membuatku nyaman merasa sejuk berteduh
dibawahnya.tapi ternyata pohon itu sudah
berpemilik.beberapa kali aku mencoba
menanam beberapa benih pohon sekaligus 3, berbagai macam pohon ku rawat.mereka layu satu persatu.
Tuhan ikhlaskan aku melepaskan pohon
kelapa itu ciptakan lah pohon yg terbaik
untukku.jika yga tebaik pohon toge
sekalipun aku rela asal dia tumbuh subur nantinya.


-jogja 7 oktober 2014
-hendrik haryono-

Rabu, 01 Oktober 2014

Lelaki kebanggaanmu

Ho...hoo....hooooo.....dah lumayan lama nih gak menyapa disini, ada yang merindu kata-kata ku???
________________________________________

Semakin kau sayang, semakin besar
kepalanya.
Dan oleh tipu-tipunya, kau berlangganan.
Ia meremehkan maaf-maaf yang kau
berikan.
Dan dari tiap airmata yang menetes basahi pipimu,Ia terhibur.
Kau tidak tahu, ia menahan tawa setengah mati, saat kepadamu ia memohon akan kesempatan.
Melihatmu menangis adalah kenikmatan.
Dirindukanmu, ia merasa bosan.
Ia mencoba membuatmu menikmati rasa kecewa.
Supaya itu akan menjadi candu.
Jika ia tidak menyakitimu, kau akan lebih
menderita.
Bila sehari saja kau tanpa luka, kau akan
mempertanyakan dirimu sendiri.
Dan karenanya, kau tidak mengenal dirimu lagi.

Itulah lelaki yang kau bangga-banggakan.Itulah dia.

Kamis, 25 September 2014

Untuk kuatku

Kulihat jarum detik pada jam dinding di kamarku.
Ia bergerak bagai penyorak, memberiku tarian
penyemangat untukku tetap ingin
mendapatkanmu. Mungkin ini maksud sang
waktu, menunggu ketepatannya bukan berarti
hanya berdiam diri, seperti mata kosong dari
balik jendela yang menunggu kereta Santa Klaus
lewat di langit. Tetapi inilah aku, tak genap aku
tanpa hatimu. Aku tak bisa mengayunkan
tanganku kemudian laut berdiri dengan
ombaknya, bukan pula aku yang meletakkan satu
persatu bintang di angkasa sampai kemudian
nampak begitu indah. Maka aku sungguh
mengerti, tidak hanya dengan aku menjetikkan
jari lalu hatimu ada dalam genggaman. Kaulah
bagian tersulit yang aku kenal dari suatu
kebahagiaan.

Dengar! Seperti awan yang berjalan di atas
kotaku yang membosankan ini, tak pernah
sekalipun aku berpikir untuk berhenti dari niatku
meneduhkanmu. Tidak hanya dengan hati aku
mencintaimu, tetapi pula tenaga sebagaimana
kau tercipta untuk jadi kuatku.

Suatu saat, di hari-hari epan yang
menyenangkan, aku yakin, itu adalah hari untuk
aku mengenang perjuanganku yang tak percuma
ini; untukmu.

Rabu, 24 September 2014

Aku merindukanmu

Aku merindukanmu. Ini sesuatu yang besar, yang
tidak cukup kusimpan dalam kepalan. Ini
sesuatu yang tidak kecil, ini benar-benar aku
rasakan.

Aku tahu, ada begitu banyak hal-hal yang
mendekatkan, yang belum kita lakukan, yang
belum kita hadapi bersama-sama. Sebab
bebutiran rindu berikut kobar cemburu yang
menyala-nyala akan menuntun kita pada warna
rasa yang keemasan. Berkilauan, terang kemilau
yang mencengangkan, gemerlap pesta di dalam
sepasang mata. Bagaimana ini tidak
menakjubkan? Aku benar-benar mengilhaminya.

Rindu kan ada, baik di pagi, siang, sore, maupun
malam, berikut hari berganti hari dan tahun
depan menjelang, juga mendung, cerah atau
berawan, atau baik kemarau maupun hujan, atau
biar salju turun sekalian! Ini aku berpijak di atas
puncak kerinduanku. Aku melihat awan-awan
yang menggumpal tebal, menutup cantik segala
kesalahanmu. Aku lupa, hanya ingat kebaikanmu,
terlebih kelucuanmu yang menggemaskan.

Aku sudah berteman baik dengan bayang-
bayangmu, bayang-bayangmu menemani sisa
hidupku. Dan karenanya benda-benda mati jadi
tampak seakan memusuhiku, memerangi
kesunyianku.

Aku merindukanmu. Aku memanggilmu dengan
suara yang keluar dari jantungku, dalam gerak
yang tergambar dari nadiku. Karena aku tahu,
ada tersisa banyak hal-hal besar yang belum kita
lewati di bawah langit ini, di atas bumi ini, di
dalam hati kita. Demikian aku merindukanmu,
demikian aku benar-benar merasakannya.

Selasa, 23 September 2014

Untuk kita yang percaya bahwa cinta adalah ada

Untuk kita yang percaya bahwa cinta adalah ada,
bahwa memaafkan tidak seberat memikul
dendam. Untuk kita yang percaya bahwa cinta
adalah ada, bahwa kita juga percaya bahwa ada
rasa saling menghormati kepercayaan di dalam
cinta. Untuk kita yang percaya bahwa cinta
adalah ada, senyum dalam derita adalah
kekuatan yang menguatkan. Untuk kita yang
percaya bahwa cinta adalah ada dan untuk
Tuhan yang membuat cinta menjadi ada, mari
kita bersulang di dalam doa! Untuk kita yang
percaya bahwa cinta adalah ada, terkadang kita
menyalahgunakan keberadaannya. Untuk kita
yang percaya bahwa cinta adalah ada sedari
awal kita memulai, kita hanya perlu saling
meyakinkannya di tiap hari.

Tak pernah kulihat indah sehina ini. Tak pernah.
Lututku patut bertelut dengan getar geletar yang
paling tulus untuk mengakuinya. Aku memohon
ampun, aku tahu aku salah, aku amat merasakan
kesalahanku, sebab karena mencintaimu, aku
menakut-nakuti diriku sendiri. Pernah aku
mencoba dengan susah payah di hadapan
benda-benda mati untuk sedikit saja memberi
senyum kepada hari yang tanpa kau. Tetapi apa?
Aku gagal. Aku bukan manusia yang tanpa cela,
sekalipun aku berdiri di antara putik-putik pujian
yang beterbangan. Aku manusia yang
membutuhkan maaf. Kehadiranmu masih sangat
membangkitkan aku yang tertelungkup di bawah
jendela waktu, agar aku dapat berdiri dan lekas
menghirup nikmatnya makna di dalam nafas.
Kaulah pemaaf yang paling aku cintai. Kau! Oleh
karena ada kau aku berkata kepada Tuhan;
"Lindungilah ia yang bersujud dengan menabur
air matanya saat meminta aku kepada-Mu, ya,
Tuhanku."

Senin, 22 September 2014

Pergimu adalah matiku

Berat mengubah sikap, sebab demi Tuhan
rasa ini masih sama. Memandang wajahmu
aku tak sudi. Oh, jangan sampai di
hadapanmu aku meneteskan airmata.
Mengertilah, aku lelaki yang benci
menangis. Mengertilah, telah semampunya
aku tak ingin melihatmu lagi. Sementara
waktu telah menyeretku jauh dari ragamu.
Aku masih saja benci menjadi aku yang
berharap kembali di detik-detik itu.

Di pelukanmu.

Betapa pesta yang sia-sia. Ria yang
percuma. Pada tiap esok yang kupunya,
hanya akan ada satu tanya: kau di mana?
Sesungguhnya, aku ingin sekali lagi berkata
ya. Namun, tiada pintamu datang
kepadaku. Mungkin aku hanya terlalu
sering berpikir tentang suatu hari, yang
tidak akan pernah datang.

Tidak seharusnya kita menyesaatkan ini
semua. Aku masih menyesali itu. Ada rasa
rindu kepada aku yang dulu, aku yang tak
kenal kau. Sebab dari kehilanganmu aku
menemukan persamaan antara udara dan
bebutiran. Aku telah hancur, tubuhku
mengurus. Jiwaku mengurasku. Telah
kujadikan kakiku seringan kapas, supaya
aku tak dapat lagi memahami langkahku.
Tetapi, aku tidak dapat melambatkan
dunia.

Sekarang bantulah semua orang, supaya
membenciku. Kau tidak sendiri. Aku telah
menjadi orang lain. Aku yang dulu, yang
kau cintai itu, sudah tiada.

Jurang telah memanggil seluruh aku yang
tanpa kau.

Lengkapnya sepi

Lama tidak dengar kabarmu, bagaimanakah
kamu sekarang? Semoga kamu dijaganya baik,
jangan sampai percuma melepas aku. Jauh
dariku bukan berarti tanpa tertawa. Meski ia
tidak selucu aku, janganlah jatuh air matamu.
Meninggalkan aku sendiri di sini kan seharusnya
bukan pilihan untuk bersedih sepanjang hidup.
Semangatlah untuk membuat dirimu
mencintainya!
Memang sesekali aku coba mencinta dengan
mencium, mendobrak pintu hatiku dengan
kecupan. Namun apa mau dikata, malah luka
perasaan orang. Apa cinta yang meledak-ledak
menghancurkan hati sendiri? Sebab setiap bunyi
hantaman keras, kudengarnya bagai namamu.

Beberapa menyukaiku dengan lembutnya, hanya
tak sedalam kamu mengenal aku. Kamu lebih
dari masa lalu, seperti pahlawan yang tidak
mungkin hanya karena ada luka kecil, dapat
terlupakan perjuangannya. Jika ada sejuta mulut
yang menyoraki aku berengsek, aku percaya
kamu tetap memiliki suara sendiri.
Itulah! Sesekali memang aku suka berkata
bodoh, membencimu karena jauh. Sebab
menyakitkan, kamu hadir untuk kuingat, seperti
datang untuk berpamit. Terkadang ini yang
membuatku berharap cemas, di mana kiranya
keseluruhanku dapat rubuh, sehingga dari atas
panggung aku terjatuh, kemudian mendarat di
pangkuanmu. Sekarang setelah semuanya ingin
kumulai sendiri, tiap kepingku telah menjelma
menjadi nyawa dan memberi hidup bagi tiap
kata yang melengkapkan sepi setiap orang.

Banyu tibo , pacitan
Senin 22 september 2014 , 15:21 WIB

Minggu, 21 September 2014

Bersembunyi di balik tawa

Aku tersenyum. Itu caraku menghias luka. Aku
tertawa. Itu caraku untuk sembunyi. Aku jadi
seringkali berhasil membuat orang tertawa di
atas kesedihanku, sebab kesenanganku dulu
sudah banyak membuatnya sedih. Bila aku
semakin lucu, itu karena ia semakin jauh.
Mungkin ini karena banyak yang membenci aku
saat dulu ia di dekat aku. Setiap hari aku harus
mencicip bayang-bayang yang pahit, setiap hari
aku harus mengenyangkan kepalaku dengan itu.
Kekonyolanku adalah hal yang paling menyentuh,
aku akan menunggu semua orang dapat
memeluk aku yang tidak henti-hentinya
bertingkah kocak, sampai saat aku tertawa
sendiri, mereka amat terpukul. Sementara saat-
saat ini, tawa mereka hanyalah buah demi buah
yang tumbuh dari caraku melarikan kepedihan.
Bila ini melemahkanku, mengapa tidak
melelahkanku?

Sabtu, 20 September 2014

Indahnya berbagi

Ada beberapa pertanyaan yg diajukan kepada ku dari teman-teman ku selama ini yaitu "kamu kerja apa sih bro kok bisa kamu traveling terus tanpa mengganggu pekerjaan kamu?? "Terus aku lihat kamu juga gak kelihatan kerja, kalau gak traveling ya kamu diem aja dirumah atau cuma ngopi-ngopi saja sama teman-teman kamu?".itu beberapa pertanyaan yang sering diajukan teman-temanku ke aku, dan aku bingung gimana menjelaskanya bagaimana aku bisa hidup dengan cara begitu yang bisa kemana-kemana tanpa bekerja.

Oke disini aku mau berbagi, kan berbagi itu indah heheheheheee....kalian semua pasti tau apa itu internet kan?, nah itu jawabanya, aku mendapatkan semua yang aku butuh dan yang aku inginkan melalui internet...internet itu bukan hanya tentang facebook, twitter, instagram atau youtube.banyak banget uang yang tercecer di internet kalau kita cerdas buat memanfaatkan internet, bukan cuma di buat browsing gak jelas atau cuma nimbrung di sosial media buat nyari kenalan aja.atau malah cuma di buat untuk mendownload file-file yang gak berguna.

Di internet kalau kita jeli melihat peluang, maka kita bisa memanfaatkan peluang itu untuk mendapatkan uang.disini aku bukan bicara tentang online shop atau bisnis MLM yang sekarang ini lagi marak.disini aku membicarakan peluang tentang bagaimana menulis dengan baik untuk me-review tentang brand yang baru muncul di pasaran.naaahhhh disitu pasti ada kayak sebuah kompetisi untuk mereview tentang brand yang baru muncul itu, yang paling banyak didominasi oleh ponsel belakangan ini.dan tak jarang hadiah yang disodorkan adalah berupa paket traveling plus akomodasi atau hadiahnya adalah produk brand yang kita review, apa gak menggiurkan tuh brooo.memang sih kita di tuntut buat kreatif dan pasti menyita otak banget, malah-malah kita gak bisa tidur dalam beberapa hari hanya untuk mereview satu produk saja.

Bukan hanya dari mereview produk ponsel saja,kadang ada juga brand itu membuat tantangan untuk kita buat bikin sekenario untuk iklan beserta kata sloganya sekalian.apa kalian ingat dengan kata-kata ini "bukan basa basi" , "ngantor bisa pake kolor" , "pria punya selera" yang ada di iklan-iklan televisi yang sering kalian tonton setiap hari, nah itu juga hasil dari menyeleksi tulisan-tulisan yang dibuat oleh para penulis yang mengikuti tantangan itu.naaahh para brand itu membuat tantangan itu melalui media internet.

Apa yang aku butuhkan dalam mengikuti tantangan yang aku sebutkan di atas?? Ya pasti gadget atau laptop dan pasti koneksi internet,rekening bank pastinya karena kadang kita bisa mendapatkan royalti tambahan berupa rupiah atau bahkan dollar kalau kita mengikuti kompetisi tingkat internasional.kalau masalah tulisan kita bagus apa enggak gak usah dipikirin yang penting ikut aja dulu, tohh juga buat pengalaman.kita nulis aja dengan apa yang ada difikiran kita gak usah berfikir dan bertanya tulisan kita bagus apa enggak.memang nama kita tak pernah tercantum dalam produk yang kita review, tapi kan seenggak-enggaknya kita dapat royalti yang bisa mengganti hasil dari pemikiran kita.

Ini contoh tantangan buat nulis dari telkomsel yang hadiahnya liburan ke amerika www.loop.co.id/challenge/dbl?utm_campaign=loop_dbl&utm_term=feb2014&utm_source=twitter&utm_medium=adsv6

Kayaknya segitu aja dulu yang biasa aku bagi, kalo menurutku sih apa pun pekerjaan kita, selama kita enjoy dan menikmati, menyukai apa yang kita kerjakan pasti kita betah melakukanya setiap hari.jangan melihat apa dan berapa yang akan kita terima dalam mengerjakan sesuatu, karena kalau kita hanya ingin mendapatkan imbalan dalam bekerja ya gak akan bisa enjoy dalam menjalankan pekerjaan kita.

DO WHAT YOU LOVE AND LOVE WHAT YOU DO

Senja yang jatuh di pangkuan ku

Kutuliskan surat ini sambil menekuni senja.
Kupandang dari ujung ke ujung.Senja masih rapi, tidak sedikit pun terberet,
apalagi berlubang. Kupastikan tidak satu
inchi pun yang hilang. Kau tak perlu
khawatir, kau dapat menikmatinya secara
utuh sore ini.

Pada sinar keemasan yang jatuh di
pangkuanku, wajahmu tercermin di
atasnya. Garis senyumu makin
kentara. Senyumu yang terasa begitu manis
masih terjaga. Wajahmu masih sama
berbinar seperti beberapa bulan lalu. Kamu
cantik, gumamku seketika.
Aku senyum sendiri, kemudian rebah di
atas pasir. Mataku terpejam sejenak.

-----------------

"Senja adalah surga dunia," katamu satu
ketika. "Kamu tahu kenapa senja itu ada?"
Sebuah pertanyaan yang tidak mungkin
bisa aku jawab dengan tepat.

Kau seperti bergurau pada setiap
pertanyaan anehmu. Aku selalu keliru
menafsirkannya. Bahkan ketika aku
memikirkannya sampai dahiku berkerut,
perut melilit dan mata kedap-kedip, tetap
saja jawabanku meleset.

"Bukan begitu," bantahmu. Prestasi paling
membanggakan ketika kau mengucap,
"Hampir tepat, tapi …"

Imajinasiku hanya sampai pada ujung
“hampir tepat”. Setelahnya, aku takjub dan
berpikir dari apa otakmu dibuat, dari mana
inspirasi itu hinggap. Dan yang lebih
membuatku diam, bagaimana bibirmu bisa
begitu fasih mengucap huruf demi huruf.

Kau tidak menghafal seperti kebanyakan
orang yang suka mengutip kata-kata dari
buku. Kata-kata itu meluncur begitu deras.
Aneh, unik, manis dan langsung nemplok ke
hati. Apa karena aku jatuh cinta?

-----------------

Ombak masih nakal menciumi bibir pantai.
Angin yang hangat lagi lembap masih
berlarian ke utara. Pada senja yang jatuh
di pangkuanku, wajahmu masih membias di
atasnya.

Aku merindukanmu, dua kata yang menjadi
penutup suratku yang kukiramkan lewat
udara. Jika ada udara hangat terasa
menciumi pipimu, mungkin itu surat
rinduku.

Jumat, 19 September 2014

Kehidupan adalah sekenario tuhan dan telah direncanakan

Kita tidak pernah saling kenal sampai
pada saat kita sama-sama bertanya,
“kamu siapa?”. Diikuti rentetan
pertanyaan lain yang membuat kita
saling mengenal.

Kita tidak pernah bertemu sampai pada
suatu saat kita menyapa,
“assalamu’alaykum” dan balasnya.
Diikuti beberapa waktu untuk
mendiskusikan barang sesuatu yang
penting bagi kita.

Tidak satupun waktu dalam hidup kita
pernah bersisian selama lebih dari 20
tahun. Lalu tiba-tiba arah hidup
menggerakkan langkahnya menjadi
berdekatan. Setiap pertemuan di dunia
ini telah melalui sebuah skenario besar
Sang Pencipta.

Ada banyak pertanyaan-pertanyaan
tentang hal-hal yang terjadi dalam
akhir-akhir ini. Mengapa hidup berputar
lebih cepat dari rencana yang telah kita
buat masing-masing. Seolah-olah tiba-
tiba kita dilempar pada sebuah fase
dimana kita telah merancangkan lebih
jauh dari hari ini. Tidak sekarang.

Tuhan sedang mencandai kita.
Menampakkan diri-Nya dalam sebuah
skenario besar yang membuat kita
menerka-nerka maksudnya. Membuat
kita tersenyum dan sedikit khawatir.
Tapi keyakinan kita kepada-Nya
mengalahkan banyak hal. Bahwa hidup
kita berjalan di sebuah jalan yang
ternyata sama sekali bukan kuasa kita.
Ada Yang Maha Kuasa diatas rencana-
rencana yang telah kita buat. Tuhan
benar-benar sedang mencandai kita.

At my secret room
Sabtu 20 september 2014 / 02:10 WIB

Kamis, 18 September 2014

Senja part 2

Masih dengan langit yang sama, matahari yang sama, SENJA yang sama tapi aku selalu di buat berdebar tak karuan kala berjumpa.

Aku teringat dengan kata seseorang ketika kita sempat berebut senja "heeeiiii......ini cuma senja, apa gak bisa kita bicarakan baik-baik" begitu kata seseorang yang aku lupa siapa dia.iya itu memang cuma senja, tapi bagi ku senja itu indah dan pantas diperebutkan.meskipun senja cuma jingga satu warna, dia lebih indah dari pelangi yang mempunyai tujuh rupa.

Memang itu cuma senja, yang seharusnya bisa di bagi untuk dinikmati.tapi aku enggan berbagi senja dengan siapapun.

Aku menjadi pecinta senja setelah aku tau karena setiap indah yang terang disana ada gelap yang menunggu untuk pulang,pulang kepada kesendirian.

Rabu, 17 September 2014

Bayangan rindu

Merindumu serasa bernafas, jika ku lakukan sedetik saja mungkin tak apa, tapi jika ku lakukan seharian itu tak mungkin

Tapi aku hanyalah pualam ditengah persimpangan dan tak tau aku harus kemana untuk menuju pada rinduku. Betapa penuh peluh hatiku menahan temu tapi tak kunjung jumpa kau.

Kau hanya berupa bayangan yang mengembang lalu menjadi angan. Menghukum ku dengan ketidak berdayaan, memasung ku dalam kesendirian.

Akan ku bawa rindu ini kemanapun aku melangkah. Aku akan melangkah ke segala arah, berharap sejengkal langkah ku benar menujumu, hingga akhir berhentinya waktu.

At my secret room
09:47 kamis 18 september 2014

Sebuah rasa

Seakan didalam otak ramai, berisik dengan banyak sekali spekulasi dan pertanyaan yang membuat seperti terjebak dalam kebingungan.serasa terjebak dalam nada-nada sumbang yang merdu kedengaranya,aku akan mencoba menterjemahkanya.

+"heiii...kenapa kamu masih bertahan?"
-"karena aku sayang banget sama dia"
+"tapi dia tak menghiraukan rasa itu dan meninggalkanmu"
-"tak apa, cinta ku bukan investasi, aku tak mengharap balasan"
+"tapi sampai kapan kamu akan seperti ini?"
-"gak tau"
+"kamu bisa dapat yang lebih dari dia"
-"aku tau"
+"ya sudah cari yang baru"
-"aku sudah lelah tuk mengenal yang lainya"
+"tapi ada yang lebih sayang sama kamu dari pada dia"
-"aku gak perduli itu"
+"terus apa yang akan kamu lakukan"
-"aku akan menjaganya dari jauh"
+"kenapa harus begitu?"
-"aku tak tau, yang aku tau jika suatu saat dia terjatuh aku akan membantunya bediri sampai dia bisa berlari"
+"apa kamu yakin dia akan terjatuh?"
-"gak tau, aku cuma berjaga-jaga"
+"kalau dia bisa berlari dan pergi lagi dari hidupmu gimana?"
-"tak apa, yang penting aku bisa melihatnya bahagia dengan atau tanpaku"
+"bahagia mu sendiri gak kamu pikirkan?"
-"bahagia ku ada pada bahagianya, dia bahagia aku pun bahagia"

at my secret room
06:07 kamis 18 september 2014

Beberapa Hal

Ada beberapa hal di mana kutak ingin
mengatakannya
Sebab kuharap tanpa harus mendengar,
Kau dapat merasakannya

Ada beberapa hal di mana ku tak ingin
menunjukkannya
Sebab kumau tanpa harus melihat,
Kau dapat percaya

Cinta yang seperti itulah yang ingin
kuberikan
Cinta yang seperti itulah yang ingin
kuterima
Kepadamu dan darimu
Sekarang dan akan datang
Sedari kita muda begini
Sampai rambut sudah putih semua

melawan diri


Waktu itu seperti arena, kadangkala
Aku butuh waktu untuk berdua saja
Biar aku dan aku bertarung
Kemudian dari aku melawan diri sendiri
Pialaku ialah kau

Diriku adalah lawanku, seringkali
Aku siap tumbang demi perasaan
Aku ingin mengalah karenamu
Berdarah pun tak apa bila untuk kau

Aku mungkin tidak suka beberapa
pertanyaan
Tetapi tidak ditanya kamu
Aku lebih tidak suka

kenangan yang menakutkan


Tidak ada celah untuk melangkah tanpa
terluka
Seumpama terjebak di lantai yang dingin
Dikepung banyak serpihan
Sesuatu yang dulu indah dan utuh
Kini pecah berserakan tidak terhitung
Mustahil semua kembali

Hanya berdiam diri di ketanyaan
Menikmati ketakutan akan tiap esok
Seperti pura-pura tidak sakit
Yang ditipu diri sendiri

Pada satu pecahan aku berkaca
Melihat diriku yang bersalah dan tanpanya
Itu juga sakit
Oh tangan siapa terserah tolong mengulur
kepadaku
Angkat aku dari tempat aku berpikir dan
merasakan
Selamatkan aku dari caraku melihat
kenangan

Selasa, 16 September 2014

akhirnya harus terima


Seperti bintang malam yang tatkala dulu
selalu kutunjuk
Dari angkasa ia jatuh ke pelukanku
Dan akhirnya aku harus terima
Pernah ada tangan-tangan yang lebih dulu
menyentuh dan merabanya
Pernah ada bibir-bibir yang lebih dulu
bertemu dengan bibirnya
Akhirnya aku harus terima

Akhirnya aku harus terima
Pernah ada lagu-lagu cinta yang dia
nyanyikan bukan untukku
Pernah ada rindu-rindu yang dia layangkan
bukan kepadaku

Akhirnya aku harus terima
Pernah ada airmata yang ia persembahkan
untuk orang lain
Pernah ada pelukan yang ia eratkan di
tubuh orang lain

Akhirnya aku harus terima
Pernah ada satu dua orang yang berada di
hati tempat aku berada sekarang

Akhirnya aku harus terima
Mencintai adalah berbesar hati menerima
seseorang secara keseluruhan
Mencintai adalah berbesar jiwa menerima
masalalunya
Akhirnya aku harus terima
Mencintai adalah menerimanya

Senin, 15 September 2014

terlanjur sayang


Saat mengatakan ‘terlanjur sayang’,
berarti orang itu tidak baik, tidak
membahagiakan kita, tapi sulit
meninggalkannya karena TERLANJUR SESUATU YANG LAIN, bukan terlanjur sayang.
Saya ulangi ya?
TERLANJUR SESUATU YANG LAIN.
Kata ‘terlanjur sayang’ bisa sama sekali TIDAK
ADA sayangnya, tapi penyesalan dan perasaan
tidak berdaya karena tersandera oleh keputusan dan tindakan yang salah.

Karena "terlanjur sayang" kita juga kadang dibuat semena-mena oleh orang yang kita sayang.mereka memanfaatkan kita karena rasa sayang kita.sedangkan kita sendiri tak bisa berbuat banyak karena keterlanjuran itu sendiri.kadang pengen berontak dan pergi, tapi disisi lain kita ingin bertahan dan itu membuat orang yang di dalam keadaan seperti ini selalu bimbang dan selalu dalam kebingungan,terlintas banyak sekali tanya dikepala tapi enggan menerima pendapat orang lain termasuk sahabat sendiri.

Karena "terlanjur sayang" membuat kita seperti dalam ruang yang gelap, kita tak bisa dan tau harus menuju kemana.terkurung dalam rongga keadaan yang kita buat sendiri di awalnya, meskipun orang didekat kita berteriak, kita tak bisa mendengarnya.seakan-akan tak bisa melihat jalan yang lebih indah dari gelap ini, seolah-olah harus dan harus tetap pada keterlanjuran ini.bertahan pada sebuah ruang yang penuh tanda tanya dan enggan menerka-nerka, seolah kita di buat dan dipaksa untuk harus selalu menerima, entah itu luka atau bahagia.

Karena "terlanjur sayang" kita terjebak dalam permainan seseorang yang meng-indahkan luka karena kita selalu kalah sama logika.dan bahkan bisa dikatakan logika kita sudah dihilangkan sehingga kita kadang gak bisa berfikir secara rasional.kita didoktrin untuk berfikir semua akan indah pada waktunya meskipun itu hanya untuk menunggu luka, kita disodori realita yang sebenarnya hanya sebuah fana.terjebak dalam sabar yang tak tau sampai kapan batasnya, terjebak dalam tanya yang kita pun tak akan pernah tau jawabanya, terkurung dalam lorong waktu yang kita tak bisa kendalikan, kita hanya bisa mengikutinya tanpa bisa melawan dan ini semua karena keterlanjuran di awalnya.

Minggu, 14 September 2014

coba terangkan


Coba terangkan bagaimana aku bisa
membuat pelangi, kalau semua warna
ada padamu?

Coba terangkan, bagaimana aku bisa
menjadi terang jika semua cahaya masih
tersembunyi di matamu?

Coba terangkan, bagaimana aku bisa
menghela nafas jika udaraku masih
tersimpan dalam hembusmu?

Coba terangkan,…

kalau kamu datang


Kalau kamu datang
Aku berjanji tidak akan bertanya kenapa baru
sekarang

Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan
membuatmu berdiri di depan pintu terlalu lama

Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan
bertanya,hati mana saja yang sudah kau lewati untuk sampai di sini

Karena dengan langkahmu, aku terbangun,
dari mati suri yang ku nina-bobokan sendiri

Kalau kamu datang, tolong jangan pergi
Aku lelah menjaga pintu

Kalau kamu datang.
Aku berani sumpah, aku tenang

Sabtu, 13 September 2014

jodoh adalah rumah ternyaman untuk pulang


Perjalanan pulang memang tak seperti yang kita rencanakan, gak semulus yang kita kira, gak semudah yang kita bayangkan.sama seperti perjalanan pulang tadi dari pacet ada aja halangan, dari perbaikan jalan yang membuat aku dan teman-teman ku memutar kurang lebih 7km padahal jalan normalnya gak lebih dari 1km.trus nyampe di daerah bangsal kita berpapasn dengan orang meninggal, jadi kita berhenti demi menghormati orang yang telah meninggal tersebut.aku kira setelah itu udah gak ada halangan lagi, ternyata perkiraanku salah, 8km an jarak dari rumah ban kita bocor, apes? Gak juga, ini lah rencana tuhan, ini lah yang ruhan gariskan untuk ku dan aku memetik pelajaran dari perjalanan pulang itu.

Sama halnya dengan jodoh, jodoh pun merupakan perjalanan dan bagian dari kehidupan.jodoh gak akan ketuker, mungkin dia lagi memutar untuk mencari jalan atau berhenti sejenak di hati orang lain karena lelah berjalan, bisa juga ada seseorang yang dia pikir itu jodoh dia dan bersandar terlalu lama lalu kemudian dia akan sadar bahwa tujuan akhirnya adalah kamu, rumah terakhir untuk pulang selamanya.

Sama halnya seperti aku, yang selalu menunggumu pulang, setelah sekian lama kamu merantau di hati orang lain.aku tetap akan selalu menunggumu pulang dan aku gak pernah beranjak satu senti pun semenjak kamu memilih pergi, dulu.aku tidak berpindah, aku tidak bergeser agar kamu bisa menemukan ku meskipun aku tau susahnya jalan yang kamu lalui untuk menujuku.aku akan tetap sabar menunggumu pulang, aku lah rumah ternyaman yang bisa kamu singgahi kapan pun kamu mau, kapan pun kamu ingin.

ini aku


Aku punya satu kepala, ribuan kamu di dalamnya.

Aku punya satu hati, menunggu untuk kau diami.

Aku punya dua telinga, suaramu yang kucerna.
Aku punya mata, terlukis bayangmu di dalamnya.

Mulutku hanya satu, dia melengkungkan senyum,kepadamu.

Aku punya bahu, silahkan bersandar disitu.
Semaumu.

Aku punya dua lengan, kulingkarkan dalam peluk hingga akhir jaman.

Jemari tanganku ada sepuluh.
Sayang, mereka mati rasa, dan baru hidup jika
digenggammu.

Kau lihat jari manisku?
Ia menunggu lingkar janji, sehidup semati.

Aku punya dua lutut, mereka bertekuk di
hadapanmu dengan satu senyum maut.

Aku punya dua kaki. Semuanya menujumu. Kamu
mau diam? Atau lari mendekatiku?

Milyaran sel darah merahku, semua berdesir dan meluap-luap.
Melukis pipiku, menjadi merah jambu. Di
dekatmu.

Milyaran sel di otakku, boleh Kau ambil Tuhan,
tapi tolong sisakan satu. Ingatan tentang kamu.

Epidermis kulitku, sekujurnya, menunggu terlapis hangat pelukmu.

Tuhan hanya punya satu surga, kamu pasti salah satu contohnya.

Nerakaku, jutaan senti berjarak darimu.
Doaku, kau berbahagia di setiap langkahmu,
dalam iringanku.

Jutaan anak rambutku berseru rindu.
Usap telapak tangan lembutmu.

Pelukanku hangat, entah berapa suhunya.
Kalikan jutaan dekap untukmu.
Kini, sudah melelehkah kau dekatku?

Kamu, pasti berkelenjar air mata. Di dekatku,
takkan kubiarkan jatuh, walau setetes saja.

“Karena kau ganjil, dan aku beserta jiwaku akan
berusaha menggenapinya.”

prolog


"kakak belum pulang mas", terdengar jelas suara perempuan menyapa diteras rumah yang gak terlalu terang.aku kenal suara dan wajah itu, iya dia rere adik dari teman ku.
"emang biasanya jam berapa dia pulang kalo malem minggu re?" Sahut ku sambil aku melepaskan helm yang nyangkut di kepalaku "gak tau mas,kalo pulang ya gak mesti dia mah" jawabnya tanpa melihat ku karena dia sibuk dengan sebuah majalah sama gadgetnya.aku berjalan ke arahnya sembari berkata "iya deh aku tunggu dia, paling bentar lagi pulang", trus aku duduk di sampingnya yang memang cuma ada dua kursi diteras dibatasi dengan satu meja saja.

Lumayan ramai jalanan waktu itu, atau memang malam minggu ini makanya jalanya rame.ahhhh entahlah, aku ngambil HP ku di saku, setelah aku cek ternyata gak ada sms bbm atau apapun itu.ya maklum aku kan jomblo jadi ya mana ada orang yang mau tau kabar kun dan lagi apa aku.
-"kamu gak malmingan re"
+"enggak mas,males kluar sendiri gak ada yang ngajak" sembari sibuk baca entah novel atau majalah itu aku gak tau
-"lah pacar kamu kemana"
+"gak punya pacar mas"
-"gak nyari?"
+"gak dulu lah mas, nyelesein skripsi dulu,, pacar mah belakangan aja.tapi emang aku lagi suka sama cowok sih mas, tapi kan ya gak etis kalo cewek ngomong duluan"
-"aahhh....kamu gender banget sih, kalo suka ya bilang dong nanti keburu telat malah basi trus dimakan kucing deh"
+"hahahahaha iya juga sih mas tapi ya gimana ya"

Ditaruhnya gadget sama majalah di meja +"bentar mas, aku ambilin minum dulu ya"
-"iya re" jawabku.jam masih pukul 8:23 malem aku berjalan ke gerbang depan rumah melihat lalu lalang kendaraan yg lumayan ramai sesekali aku menggoda cewek yang melintas.ya maklum aja lah naluri kelaki-lakian ku masih normal jadi ya spontan saja say haii jika ketemu sama cewek.+"mas ini minumnya,kamu itu mas sukanya godain cewek aja, nanti kalo cewek itu naksir beneran gimana?"
-"ya namanya juga jomblo re hahahahaa"
Aku minum beberapa teguk sirup yang dibuat rere, sebenarnya haus sih tapi ya gimana udaranya dingin jadi ya gak minum banyak-banyak nanti malah beser.

+"emang tar ama kakak mau kemana?"
-"mau berendem di pacet re"
+"aku ikut" berkata manja kayak anak kecil minta mainan ke ayahnya gitu
-"yang ikut cowok semua, lagian motornya cuma 8 yang ikut 16 orang"
+"yaaahhhh" sambil merengut ngambek trus dia ambil gadget yg ada dimeja dia muter lagu kesukaan ku alterbridge.beberpa menit kita terdiam, sasaat lagu pertama hampir selesai dia bertanya,
+"mas kenapa gak nyari cewek?"
Aku tersenyum kecil -"gak re, jodoh itu bukan di cari, jodoh itu saling menemukan" terus rere manggut-manggut seperti mengerti dengan apa yang aku ucapkan barusan.-"nah kamu kenapa gak berani bilang ke cowok yang kamu suka?"
+"ya gengsi lah mas, masak cewek yang nembak, enggak ahhh"
-"yeeee kamu jangan gitu, sekarang mah gak jaman gender-genderan kayak gitu, sekarang mah cewek atau cowok sama aja, ya bilang aja siapa tau dia juga suka sama kamu"
+"gitu ya mas"
-"iya gitu gak gini" lalu kita tertawa membuat suasana seketika ramai karena di jalan sudah lumayan sepi,hanya beberapa kendaraan yang lewat.-"temen kuliah?" Tanyaku sambil ngluarin sebatang rokok dari bungkusnya.sebenarnya beberapa waktu lalu aku sempat berhenti merokok karena sakit hampir 2 bulanan, tapi aku gak perduli umur udah di atur sama tuhan allahualam aja lah.+"bukan mas, dia temenya kakak ku"
-"ohhhhh....." sembari aku menyulut rokok
+"aku sudah lama sih mas suka sama dia, tapi aku pendam aja, gak berani cerita ke siapa-siapa"
-"nah ini kamu cerita ke aku kok berani?"
+"ya siapa tau aja kamu bisa ngasih solusi mas"
-"tau dari mana kamu kalo aku bisa ngasih solusi tentang masalah mu?"
+"dari tulisan-tulisan kamu, status-status kamu di FB atau bbm yang aku fikir kamu adalah orang yang bijak"
-"ohhhhh gitu ya, trus kamu mau aku kasih solusi yg gimana?"
+"gak tau mas, aku juga bingung"
-"okayyy, kamu sering komunikasi sama cowok yang kamu suka?"
+"setiap hari mas, gak ada jeda seharipun"
-"via apa?"
+"BBM aja mas"
-"selain bbm?"
+"gak ada"
-"apa aja yg kalian obrolin biasanya?"
+"banyak mas, dia bisa membuat apa aja untuk bahan obrolan, kadang status dia aku komenin trus akhirnya ngobrol gak jelas gitu, tapi kita selalu nyambung meskipun apa yg kita bicarain itu gak penting-penting banget"
-"pernah jalan bareng?"
+"pernah, dulu dulu banget"

Dan dari situ aku berfikir, apa dan siapa yang rere maksud sedikit demi sedikit tertuju ke aku.tapi aku bukan orang yang gampang GR aku sih cuek aja pura-pura gak ngerti.kalau memang yang di sukai rere itu aku, aku akan menjauh dari dia.aku gak mau menyakiti hati cewek lagi karena aku gak akan bisa jatuh cinta lagi. -"oohhhh....aku banyak tanya ya?,heeheehehehe"
+"enggak kok mas, itu kan emang kebiasaan kamu sukanya kepo, tanya mulu kek orang kesasar hahahahahahaha"

+"mas aku pengen tanya boleh?"
-"boleh, tanya apa?"
+“air mata yang jatuh akan pergi ke mana?”
-"Ia akan berubah rupa, menguap dan terkumpul di awan, nanti ia turunkan kebahagiaan lewat hujan tawa atau hujan rasa untukmu"
+“kemana perginya hari kemarin?”
-"Ia berada di salah satu laci dikepalamu."
+“aku ingin berdoa untuknya, apa dia perlu tahu?”
-"Doakan dia diam-diam, yang terbaik akan
berbicara pada jalanmu."
+“ Kadang aku lelah”
-"Wajar, asal kamu tidak lelah karena terlalu diam atau berjalan mundur."
+“aku ingin menjadi bayi, mengulang semua dari awal lagi.”
-"Setiap pagi saat kau membuka mata, sebenarnya ada celah waktu yang membuatmu terlahir kembali. Berdoalah dalam diam, lebur benci yang mendalam, maafkan apapun, lalu biarkan matamu terpejam. Esok, kau akan seringan bayi. Maka tidurlah"
+"udah itu aja mas, seperti biasa kata-katamu selalu bijak, seharusnya kamu bisa dapat pacar dari kata-kata yang sering kamu tulis mas"
-"bisa aja kamu,eeehhhh iya aku kenal gak cowok yang kamu suka?" Tanya ku lagi sembari aku membakar rokok yang ke dua batang di malam itu.
+"kenal, sangat kenal melebihi siapapun yang kamu kenal" aku langsung terdiam berbicara dalam hati "berarti cowok itu aku".setelah beberapa lama kita terdiam sesosok yang aku tunggu datang, terselamatkan lah aku.
="udah lama sob?"
-"lumayan lah, kira-kira dari semenjak gus dur jadi presiden"
+"aku masuk dulu mas"
-"eeehhh iya re, maaf ya" lalu rere meninggal kan ku dengan tersenyum dan ku balas senyuman itu.

Memang selama ini aku dan rere sangat deket, tapi aku biasa aja, secara dia adiknya temenku.dan dalam sejarah percintaan ku aku gak pernah yg namanya naksir sama adiknya temen.dan dalam rekam jejak ku selama mengenal cinta aku cuma mencintai 3 cewek, dua sempat aku pacarin dan yang ke tiga cuma sebatas deket saja, tapi sialnya cinta ku yang paling besar aku beri adalah ke cewek yang sebatas deket saja.kembali ke rere tadi, dulu kita memang sering jalan bareng, kalo kemana-mana dia selalu minta aku yang nganter.dia gak mau kalo dianter kakak atau ayahnya, baru kalo aku gak bisa dia baru mau dianter kakak atau ayahnya.tapi aku gak tau kalo akhinya jadi gini, bodoh banget sih aku,dia adik temen ku pula.yang pasti aku akan menjauhi dia, dia pantas mendapatkan yang lebih baik dari aku,, aku yang hanya mementingkan cinta ku sendiri.aku yang gak mungkin bisa jatuh hati lagi.

katakanlah


Katakanlah kita tak lagi satu! Katakanlah
wanita di hidupku tak hanya satu!
Katakanlah, kamu bukan satu-satunya!
Katakanlah, untuk menyatu kembali, aku
tak ada waktu! Namun aku harus akui,
pada satu persatu hati yang kuhinggapi,
satu demi satu kamar yang aku datangi,
tak satupun hati yang aku temukan seutuh
hatimu, tak satupun kecupan yang
kurasakan selembut darimu, untukku.
Sayang, kekasih hati, aku menyadari bahwa
di dunia ini kau hanyalah satu, tak mungkin
aku menemukanmu di dalam diri orang lain.
Kamu adalah sesulit-sulitnya hati dapat
diganti, pelukmu adalah muara bagi egoku
terbawa arus. Terima kasih, tak
melupakanmu membuat aku tersanjung
sendiri, sekalipun sekeras tenaga kucoba
diam-diam menutupinya. Kau tahu?
Terkadang aku terlihat lebih tampan ketika
gengsi.

mengejar waktu


Ada saat dimana kita tidak perlu menoleh ke
belakang.

Jangan lihat lagi apa yang sudah ikhlas kita
tinggalkan.

Aku percaya,itu akan meringankan langkah,
untuk menjemput sesuatu yang baru.

Sesuatu yang lebih melegakan.

Sesuatu yang membuat kita bersyukur, karena
menjemputnya dengan tangan yang sengaja
sudah dikosongkan.

Sungguh itu tak semudah bernafas.

Aku berdiam terlalu lama untuk menahan diri
tidak menoleh ke belakang.

Saat aku berhenti, waktu tak ikut menemani.

Dia terus berjalan.

Pilihanku, tertinggal jauh di masa lalu atau
kukejar waktu dengan harapan.

Kuputuskan untuk mengejar waktu,

semoga tak tersandung lagi oleh bayanganmu.

Dan…

Semoga Aku tak berjalan mundur..

Jumat, 12 September 2014

terlalu dini


Terlalu dini untuk sakit hati
Ada cerita yang belum siap untuk patah lagi
Ada malam yang terus menolak sepi

Terlalu dini untuk tersesat lagi
Ada langkah yang lelah mencari
Ada nafas yang terengah dan menggema di
sanubari

Terlalu dini untuk kehilangan kamu..
Ada damba yang tak ingin lepas
Ada rindu yang tak ingin kandas

Ah, tapi saat kamu pergi aku juga diam
Ada kata yang menjadi pinta yang menisankan
diri
Hanya harap kamu berbalik dan kembali dalam
hati

Dia memenjarakan ku
Ketakutan menyergap kepala ku

Bagaimana cara bertemu kamu?
Harus berjalan atau berlari?
Aku takut kamu terlewat
Dan aku mencarimu lagi
Sendiri…

jatuh


Andai jatuh itu mudah, pasti hatiku tidak lebam
sendiri seperti ini.

Ini lebam karena tanda tanya.

Iya, aku pasrah ditinju tanda tanya.

Sungguh aku ingin menumbuk tanda tanya,
lalu diseduh dengan gula dan kopi,
terlarut dalam cangkir dan kusesap hingga tetes terakhir.

Jika kamu ingin tahu, jumlah tanda tanya di
kepalaku ini rasanya sebanding dengan jumlah
bayangmu di thalamus.

Boleh minta tolong untuk terakhir kali?

Beri aku satu pasti dan semua tanya akan mati.

menunggu


Aku bukannya menunggu, aku hanya
menghitung detik-detik yang
terlewatkan tanpamu.

Aku bukannya menunggu, aku hanya
menyiapkan diri sampai benar-benar
siap menyambutmu.

Aku bukannya menunggu, aku hanya
berkawan waktu dengan terlalu akrab.

Aku bukannya menunggu, tapi lengan
detik ini menyanderaku. Hingga kau
datang bebaskanku dan kita bunuh
waktu satu persatu.

Aku bukannya menunggu, aku hanya
tahu dalam setiap detiknya selangkah
kaki mu menujuku.

Aku bukannya menunggu, aku hanya
sedang merajut doa bersama waktu.

Aku bukannya menunggu, aku hanya
senang mengoleksi rasa rindu dan pada
saat yang tepat akan kuhadiahkan
padamu.

Aku bukannya menunggu. Aku hanya
terlalu sibuk menyiapkan tempat
untukmu.

Aku bukannya menunggu. Aku hanya
menghitung waktu yang kuhabiskan
tanpamu, lalu tersadar.

Bersamamu nanti, akan kunikmati
sampai mati.

untuk senyawaku


Hai sayang, saat kau membaca surat ini.
Ya, tentu saja aku sudah bersamamu.
Membuatkanku kopi tiap pagi, menyiapkan
sarapan dan merapikan bajuku dan segala
tindakan menyenangkan lain.

Tahukah kamu, saat ini apa yang aku rasakan?
Ya.. Saat ini aku memang sedang berada di
sebuah jalan bernama penantian.
Menanti kita berjumpa di sebuah persimpangan
dan lalu menempuh jalan yang sama hingga
merenta dan menutup usia.

Aku di saat ini belum tahu seperti apa rupamu,
apakah kau mancung, pesek dll.
Tapi yang jelas, ketika kau membaca ini,
sungguh aku tak peduli. Hidungmu ~ nafas yang
keluar dari situ sudah menjadi bagian dari
nyawaku.

Aku di saat ini mungkin belum tahu jelas
bagaimana suaramu,
tapi aku yakin saat kau baca surat ini. Suaramu
adalah nada terindah yang kuingin selalu tertiup di telingaku.

Aku di saat ini mungkin belum tau bagaimana
bentuk matamu,
tapi aku yakin saat kaubaca ini. Matamu adalah
pancaran sinar, yang menerangkan setiap
langkahku.

Oh, kekasih hati sampai mati.

Saat aku menulis ini, aku memang masih sendiri,
tapi tak mengapa.
Aku menikmati masa ini, karena akan ada ribuan
hari yang akan kujalani dengan tak sendiri nanti.
Ya, bersamamu tentunya. Sedetik kutunggu,
selangkah kau mendatangiku.
Bersamaan itu, kusiapkan hati agar kau tahu.
Aku selalu menjaganya hati-hati. Untukmu.

Saat kau membaca ini. Kau, satu-satunya yang
kutunggu.
Terima kasih atas segala waktu yang terlewati.
Aku mencintaimu, dari dulu, kini, dan nanti.

Salam sayang, dariku kini. Senyawamu, bertahun tahun lalu.
-hendrik haryono-

-nb : setelah kamu membaca surat ini cium lah aku

sebuah retorika


Belakangan ini otakku terasa penuh tapi juga
hampa. Ada banyak yang melintas dalam
benakku tapi semua terasa tak berarti. Otakku
serasa mati suri. Walau aku kerap diliputi
perasaan menggebu-gebu untuk kembali
menulis, tapi pada detik berikutnya, saat
tanganku mulai bergerak, semangatku tiba-tiba
saja melayu.

Sudah sejak awal tahun, aku berusaha untuk tak
mau terlalu muluk membuat resolusi, tapi
sebagai manusia yang berjiwa, toh aku tetap
memiliki harapan dan tujuan. Tapi lagi-lagi,
seiring waktu berjalan semua hanya seperti air
yang mengalir dalam tubuhku. Kubutuhkan,
seolah terasa tapi juga tidak. Seolah udara yang
berhembus di sekitarku. Kuhirup, kubutuhkan,
terasa tapi juga tidak.

Rutinitas. Semua jadi hanya membuatku serasa
zombie. Bergerak, terasa hidup tapi juga tidak.
Ada terlalu banyak pemakluman, kompromi,
kesesuaian yang harus kujalani tapi merobek
semua asa dalam jiwaku.

Melelahkan. Kupikir inilah esensi hidup. Kupikir
aku sudah cukup memahami tapi ternyata tidak
sama sekali.

Aku jadi merasa seperti secarik daun di atas
bilah bambu, bergoyang, dihembus, meliuk
bersama angin. Aku tak ingin berputar begitu
saja dalam putaran waktu. Tapi aku terlalu lelah
berbalik menentang arus putaran.

Di detik ini aku jadi bertanya-tanya. Tanya yang
kutahu takkan pernah terjawab sempurna.
Sebuah retorika. Ujung yang tak selalu memiliki
akhir.

Kamis, 11 September 2014

merindu


Entah kenapa kalo malem aku susah tidur,atau mungkin aku takut untuk tidur????, entah lah!.yaaa memang mungkin aku takut untuk tertidur,karena aku pasti menemukanmu ketika aku memejamkam mata,tapi meskipun dalam keadaan sadar pun aku tetap memikirkan mu, tak ku pungkiri itu kalo kamu masih ada di hati dan di pikiranku.saat ini yang kurasakan aku kangen banget sama kamu, kamu dimana sekarang?, aku kangen!!!

Aku kangen kamu dihari yang berawalan S, senin, selasa, setiap rabu, setiap kamis, setiap jumat, sabtu, setiap minggu dan sekarang.aku ingin setiap hari-hariku selalu ada kamu, seperti dulu, iya seperti dulu.

Aku berani merindukanmu tanpa harus
mengerti tanda dan tanya, sebab hati
lebih tau apa yang ia rasa.sekarang hanya rindu ini yang aku punya, rindu yang seutuhnya hanya untukmu, selalu untukmu.rindu yg setiap malam selalu datang menemaniku dalam gelap sepi, rindu yang setiap siang selalu mengiringi langkah kaki ku menapak melewati mentari, rindu yang setiap hari melengkapi perjalanan hidup ku.

 mungkin, aku memang bisa pergi sejauh mana kaki ini bisa melangkah tapi tetap saja kembali ke kamu, lagi dan lagi ke kamu.sekarang aku lelah jika harus berpur-pura tak merindumu di setiap hela nafasku, aku akan tetap merindukan mu dengan atau tanpa persetujuanmu, setiap waktu.

hilang sendiri


Jujur saja, belakangan aku merasakan
keresahan yang hebat tentang siapa diri
ini. Ada tanya-tanya yang kupaksa
terjawab dengan segera. Ada kata-kata
yang tak kutemukan indah dalam kepala.
Separuh diriku bagaikan dicuri, atau
mungkin aku telah menjadi aku yang baru,
yang di hadapan cermin aku merasa asing.
Atau yang lebih ngeri, telah lama hinggap
di dalam diriku dua pribadi, dan salah
satunya sedang terkurung dalam gulita.
Apakah aku telah menjadi hantu bagi diriku
yang sekarang? Ataukah aku mulai
menuhankan seuntai masalalu? Ini bukan
tentang entah siapa aku sebenarnya,
melainkan entah mengapa aku tidak apa
adanya.

Ke mana gairah berpuisi itu pergi? Di mana
sukacita dalam bercerita itu sembunyi? Ke
mana semangat merangkai sajak itu lari?
Di mana aku bisa duduk manis, kemudian
mendapatkan kemampuan untuk kembali
membuat tulisan dapat mengalir tanpa
henti? Aku rindu menahkodai kapal imaji
yang mengangkut segudang kisah dan
perumpamaan, menembus tiap-tiap
gelombang tanya, lalu menjelajah dunia,
berlabuh di pulau-pulau cinta, begitu dari
waktu ke waktu, hingga tiba saatnya aku
karam dan ditelan samudera yang penuh
doa. Itulah rinduku, sebab sudah banyak
hari telah kulewati, bahkan hati, namun tak
ada satu penggal pun cerita mampu
kubagi, tak satu menit pun jemari ini
sanggup menari.


Kurasakan, aku kehilangan sesuatu, dan itu
bagian penting dalam diriku. Suatu malam,
ketika aku terjebak di keheningan, aku tak
kuasa menahan gelisah, dan berjuta huruf
lari berhamburan di dalam kepala, terjadi
kekacuan pikiran. Tiada lain dapat
kulakukan selain menjeritkan hati berkali-
kali, hingga tak kusadari ada jeritan yang
melesat jauh sampai terkurung di satu
kekosongan, suatu tempat yang dulu
merupakan rumah bagi kata-kata dapat
hidup tentram. Oleh karena itu akhirnya
kusadari, bahwa menulislah yang menjadi
bagian penting di dalam hidupku, yang
telah lama kutinggalkan. Aku meninggalkan
menulis terlalu lama, dan ternyata itu
membuatku menyusahkan diri, membuatku
jauh dari aku apa adanya.

Nikmat-nikmat baru datang hampiri hidup.
Tak kusadari, ada di antaranya bukan
untukku, tak kupikirkan ada yang dapat
memberatkanku, bahkan
mempermalukanku. Telah kupaksakan diri
menampung semua, membuat diriku
dipenuhi oleh keinginan-keinginan belaka.
Aku pun menjadi seperti rakus akan segala
warna. Aku berusaha mewarnai diriku
dengan sesuka, sampai pada akhirnya,
melihat diriku yang sebenarnya, aku
mendapatkan kesulitan. Aku telah tega
kepada diriku sendiri. Bersyukur aku
mendapat kesadaran ini.

Aku itu pencinta kata, demikian aku masih
bangga ada sebagian orang mengenalku
begitu. Namun apakah aku seorang
penulis? Aku tidak tahu. Apa aku harus
disebut penulis? Bisakah aku menulis saja?
Teman-teman, pada mulanya aku bahagia
setengah gila, ketika aku mendengar ada
orang menyebutku penulis. Aku menikmati
itu, aku bermegah di atas tulisanku sendiri.
Sampai tiba saatnya aku menyadari, bahwa
telah lama aku tidak menulis. Aku mulai
bertanya-tanya:
“Apa benar aku penulis? Bukankah penulis
itu menulis? Mengapa aku tidak menulis?
Pantaskah aku suka menulis?”

Memusingkan diri tentang siapa aku di
mata orang lain, ini adalah hal tak perlu
yang baru-baru ini agak rajin kulakukan.
Mungkin karena aku mengalami kaget,
yaitu ketika kurasakan kalau ada banyak
mata yang melihatku, lebih dari jumlah
nama yang tersimpan di ingatanku.
Padahal dulu, aku bukanlah siapa-siapa.
Ayahku mengingat namaku saja, itu sudah
lebih dari cukup. Tapi kini, aku merasa
sedang menjadi diri yang berdiri lebih jauh
dari apa yang kubayangkan. Di satu sisi,
aku merasa diriku ini beruntung. Di sisi
lain, aku merasa diriku mudah tuk
dipermalukan. Entahlah, tapi ini
kegundahan yang nyata-nyata terasa.
Sampai pada akhirnya aku khawatir sendiri,
kalau sekarang-sekarang aku tak lagi suka
pada tulisanku sendiri. Pada tulisanku,
kutemukan suasana yang tak
menyamankan orang. Seperti ketika
membaca tulisanku, orang akan menemui
celah untuk mencela, atau tersinggung.
Pada tulisanku, kutemukan suatu
kehambaran. Aku cemas, bila aku
memajang tulisanku, itu artinya aku
mendorong orang untuk membuang
waktunya demi hal yang tidak penting.
Sampai kapan perasaan negatif ini ada?
Aku tidak tahu. Aku sudah lama tidak
menulis panjang begini, mungkin
setahunan. Barangkali ini hanyalah sebuah
rasa kampungan ketika aku kembali lagi
pada aktivitas yang dulu pernah kulakukan
seringkali, dengan tanpa menuntut diri,
dengan tanpa menaruh peduli pada reaksi
orang. Atau mungkin rasa norak ini juga
buah dari akibat di mana aku pernah
dengan seenaknya memihak seseorang
lewat tulisan. Apapun itu, aku rindu
menulis dengan tanpa terbeban, aku ingin
menjadi diriku yang seutuhnya. Aku ingin
untuk tidak memusingkan lagi siapa aku di
mata orang lain, tetapi aku lebih ingin
merasa tulisanku boleh dilengkapkan oleh
segala macam penilaian. Aku ingin tak
peduli aku penulis atau bukan, aku hanya
ingin kembali menulis. Aku ingin
melahirkan karya-karya baru lewat tulisan,
aku terbeban untuk menghibur orang dari
caraku membagi pengalaman dan
pemikiran, bahkan khayalan. Semoga, akan
segera datang saatnya gairah menulisku ini
kembali terjaga, dan aku diberikan sukacita
yang lebih kuat dari apa yang pernah
kurasakan sebelumnya. Aku berterima
kasih untuk kalian semua. Sesungguhnya
kalian adalah hadiah yang besar untuk
orang seterbatas aku. Kiranya langkah-
langkah yang kecil menuju kembalinya aku
ini akan diindahkan. Demikian aku
berharap. Karena menulis itu aku, sejauh-
jauhnya aku berlari. Menulis itu aku,
selucu-lucunya aku sembunyi. Menulis itu
aku, setajam-tajamnya aku dimaki. Menulis
itu aku, seaneh-anehnya aku menari. Dan
menulis itu aku, setampan-tampannya aku
menjadi.


Spot B29 07.47 wib , kamis 11 september 2014

Posted at probolinggo 15.03 wib
Kamis 11 september 2014.

Rabu, 10 September 2014

senja


Senja yang sama, matahari yang sama tapi kita selalu memperebutkanya sampai kita saling mengolok untuk memilikinya.sampai akhirnya kita saling tersakiti oleh kata-kata kita sendiri.aku berfikir hanya orang yang pernah tersakiti begitu hebatnya sehingga kita bisa menyakiti orang lain dengan perkataan kita dan merasa kita lebih baik dari orang itu,begitukah? .

Aku adalah senja, aku berangkat dari terang menyongsong gelap pada tiap ketika-nya hatiku lebam.



Pulang, ada saatnya orang harus berangkat dan ada saatnya orang harus pulang dan di antara keduanya adalah perjuangan.aku telah menggambar setiap senja, senja yg merah, senja yang memulangkan unggas ke sarang-sarang, senja yang mengembalikan aku pada gelap, senja yang memulangkanku pada rumah yang sesungguhnya tak ingin kusinggahi.tapi pada suatu ketika seseorang harus pulang bukan? Pada rumah aku pulang, pada gelap.

Selasa, 09 September 2014

manusia


Manusia memang makhluk aneh, dia membuat siklus kayak gini

Dia sekolah lalu kuliah dengan menghabiskan begitu banyak uang demi mendapat pekerjaan.lalu setelah dapat kerja, dia kerja banting tulang siang malam demi mendapatkan uang tanpa bisa menikmati waktu.

Begitu banyak orang yg rela mengorbankan waktunya demi mendapatkan uang, lalu setelah mereka kira cukup uang yg mereka dapatkan, mereka mencoba membeli waktu.tapi mereka sadar dan kecewa waktu tak pernah sama, waktu yg dia beli di masa tua tak sama dengan waktu yg mereka sia²kan di masa muda.

Manusia memang membingungkan, dia mengorbankan kesehatanya hanya demi uang, lalu dia mengorbankan uangnya demi kesehatan, lalu dia sangat kawatir dengan masa depanya sampai² dia tidak menikmati masa kini, akhirnya dia tidak hidup dimasa depan atau pun di masa kini, dia hidup seakan-akan tidak akan mati, lalu dia mati tanpa benar² menikmati apa itu hidup.

siapa suruh jatuh cinta


Begitu cepat kebahagiaan menguap,


terbang jauh,


melebur bersama asap yang ditelan awan.


Tak bisa selamanya meredam rasa,


ujungnya pasti mendera jua.


Dusta apabila kau bilang kau tak mengenal
rasa.


Memangnya kau siapa?



Merasa berhak mempermainkan rasa,


mengabaikan tawa.


Kau tahu betul rasa getar itu ada, sedikit.


Tetapi rupanya itu tak cukup,

meski hanya untuk mengundangku ke dalam
bahagia.




Dan kau mencibir,






“Siapa suruh jatuh cinta?”

Sabtu, 06 September 2014

ketemu steve jobs

tadi barusan aja aku melihat orang mirip sama steve jobs.

percaya atau enggak terserah,selamat membaca artikel ini semoga bermanfaat

Rabu, 03 September 2014

teman dan sahabat


Aku termasuk orang yang punya banyak
sekali teman. Aku beruntung karena aku
menyadari itu. Dari sekian banyaknya
teman, tentu ada beberapa yang kukenal
baik, demikan dengan baik mengenalku.
Masing-masing dari mereka punya
kekhasan masing-masing, dan aku
bersyukur mengenal mereka, dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang
mereka punya. Namun masih kudengar
banyak yang bertanya, apa bedanya teman
dan sahabat?

Aku adalah mahluk sosial. Maka dari itu
aku memiliki teman. Ada teman lama, ada
teman baru. Ada teman sekolah, ada
teman kuliah. Ada teman serumah, ada
teman sekantor. Ada teman ibadah, ada
teman menggila. Ada teman dunia maya,
ada teman dunia malam. Tak kusangka
ada banyak sekali teman yang aku punya,
sesuai dengan ada banyak tempat yang
satu demi satu aku singgahi, banyak ruang
yang satu demi satu aku hadiri. Dari
berbagai kegiatan yang aku lakukan, dari
aneka aktivitas yang kupakai mengisi
hidup, kutemukan macam-macam jenis
teman. Bukankah aku memang beruntung?
Sebab ada beberapa orang tidak
mengalami apa yang aku alami, ada
beberapa orang yang berkutat hanya di
satu atau dua lingkaran saja, bagaikan
terjebak di satu zona yang sempit. Ada
pula, beberapa orang merasa asing pada
berbagai kenyataan, yaitu pernak-pernik
hidup yang hidup di lain lingkungan. Benar
adanya aku itu beruntung, dari berteman
akupun melihat bahwasanya hidup itu
pemberian, dan luasnya dunia itu
anugerah.

Banyak orang keliru menilai arti sahabat.
Mereka dikecohkan oleh angka demi angka,
dan perbedaan-perbedaan. Padahal kupikir
arti sahabat adalah bukan sebiasa itu.
Sahabat bukan semata-mata orang yang
sudah kita kenal sejak lama. Sahabat
bukan cuma sekadar orang yang menerima
kita apa adanya. Apakah yang dimaksud
sahabat adalah teman terbaik? Lalu
siapakah teman terdekat? Lalu bagaimana
kabar teman terjauh? Sahabat dan teman
itu sama saja. Keduanya hanya memiliki
waktu dan tempat masing-masing untuk
dipakai dalam penyampaian. Tetapi tidak
bisa dipungkiri, sahabat itu seperti sosok
yang mengantongi sesuatu yang dipandang
hati kita spesial, yang pada dirinya melekat
banyak keunikan. Dan pada diri seorang
sahabat, biasanya kita menemukan suatu
kesamaan yang kita anggap luarbiasa, dan
perbedaan yang kita anggap biasa saja.
Sahabat adalah orang yang penting di
dalam hidup kita. Sahabat adalah sebaik-
baiknya tempat untuk kita menumpahkan
cerita, dan pula tempat untuk kita
melimpahkan berkat. Sahabat juga adalah
sasaran yang tepat untuk kita menularkan
kebaikan, demikian pelengkap yang hebat
untuk kita menciptakan keseruan.

Mata
sahabat itu cermin yang istimewa, yang
membuat kita melihat kekurangan kita itu
berharga. Sahabat itu penolong dan
pembela, pahlawan yang di sampingnya
kita merasa aman, tetapi juga
pemberontak yang di dekatnya kita merasa
hebat. Sahabat adalah penampung terbaik
dari apa yang kita miliki, atas apa yang
semestinya kita bagi. Sahabat juga adalah
pendengar yang tidak mudah dilelahkan
oleh keluh dan kesah, pemerhati yang
darinya sulit untuk kita menghindar.
Sahabat adalah penegur yang tak pandang
bulu, namun yang selalu paling punya
alasan untuk memaafkan. Sahabat adalah
petualang yang tak lupa kembali, dan
pelupa yang tak terlupakan. Sahabat
adalah komedian pribadi yang kita punya,
penghibur yang piawai, yang bahkan
mampu membuat kita tertawa ketika kita
membuat suatu kesalahan. Sahabat
adalah penyemangat, sahabat adalah piala
terindah yang kita terima tanpa harus
menjadi seorang pemenang. Sahabat
adalah yang terkuat yang dapat
mengangkat nama kita, sekaligus seniman
yang nekat, yang tak gentar menghias
kesalahan kita. Sahabat adalah kendaraan
yang terbuat dari tawa demi tawa, dan
sahabat adalah rumah yang terbuat dari
tetes-tetes airmata. Sahabat adalah tokoh
yang tak pernah berhenti diceritakan, idola
yang kita anggap menyebalkan. Sahabat
adalah pendukung yang suaranya paling
keras, namun pendoa yang paling
tersembunyi. Sahabat adalah pemegang
rasa percaya, di dalam kepalanya ada
tempat penyimpanan banyak rahasia.
Sahabat adalah pejuang yang terkenal
pengorbanannya, yang menyumbang
banyak waktu dan tenaganya untuk kita.
Bahkan sahabat adalah seorang pengawal
bagi mimpi-mimpi kita. Sahabat adalah
juga pelayan kita di kerajaannya sendiri.
Sahabat adalah, sahabat adalah, ah
betapa akan tidak ada usainya aku
mencoba menjelaskan apa arti sahabat.
Sahabat adalah sahabat.

jawaban tak pernah datang dengan segera


Pertanyaan yang muncul di
dalam hidup terkadang
mengagetkan. Membuat kita resah
dan seperti dibelenggu oleh kata
demi kata, ingin keluar dari teka-
teki yang sebetulnya dibuat ada
sebagai hadiah untuk mewarnai
hidup kita, merawat gairah kita.

Di sini aku diingatkan lagi akan
pentingnya menanam keikhlasan.
Ada kalanya aku memaksakan diri
untuk mengenyangkan pikiranku,
sampai aku harus menelan ego
sendiri. Ternyata, hidup tidak
harus semeresahkan itu, sekalipun
hidup adalah misteri. Jawaban
tidak harus selalu keluar dari
mulut manusia, kebenaran tidak
harus selalu digenggam dengan
segera.

 Ketika aku menengok
cermin dan melihat diriku yang
adalah manusia, kutemukan ada
melekat pada diriku sendiri suatu
kalimat yang berkata, “waktu
selalu punya mulut yang lebih baik
dari manusia dapat menjawab
segala pertanyaan.” Ya, memang
benar ada tertulis, bahwasanya
semua ada waktunya.

Selasa, 26 Agustus 2014

anonymous


Dia pernah datang dan pergi lalu kembali
lagi menjadi teman dia hadir sebagai
tempat untuk aku bercerita.

Sama halnya, seperti itu yg aku inginkan
dari kamu.
Walau kamu datang, lalu pergi jauh bahkan
sangat jauh, aku ingin kamu tetap menjadi
matahari yg menyinari bumi ketika siang,
bulan yg menerangi bumi ketika malam,
dan bintang yg menghiasi langit-langit
gelap.

Meskipun cahaya bulan tidak seterang
matahari, tapi kamu tetap ada ketika aku
membutuhkanmu. Meskipun cahaya
bintang tidak berbentuk seperti bulan, tapi
kamu tetap hadir dalam hidup aku.
Seperti janji kamu yg sama sekali tidak
kamu ingat.
Tapi, lebih baik seperti itu. Percuma saja
kamu hadir di hari-hari aku kalau memang
tidak bisa bersatu. Lebih baik kamu tidak
pernah hadir dan masuk dan mencampuri
ceritaku.

untuk mu yg kunamai puisi


Bagiku, senyummu termasuk doa yang Tuhan
kabulkan. Kamu seperti puisi. Indah, meski sulit di mengerti
orang.

Dan
Akulah pencinta kata, ataupun kata itu
sendiri, aku sering bermain dengan kata-kata.
Kupikir kata-kata adalah bagai keping-keping
yang berhamburan di angkasa oleh karena dua
bintang yang bertabrakan di langit.

Sebagian keping-keping itu jatuh di dalam
kepalaku. Kini aku merapikan keeping demi
keeping itu di dalam tulisan ini. Alasannya
sederhana saja, agar kata demi kata yang
kukumpulkan ini tidak hilang dihempas angin.
Tidak lebih. Semoga kamu pun menikmatinya….

jika melupakan itu pilihanmu


Mengapa harus menunggu hujan reda?
Agar lebih jelas melihat Jalanan, dan kau
bisa memilih dengan teliti tempat mana
untuk disinggahi.


Begitu juga dengan cinta, saat patah hati
berperan seperti hujan yang turun tak
berkesudahan, mengabu-abukan
pandangan, tak jelas arah mana yang
dituju, sebab terlalu larut dalam
gemuruhnya dan terikat dalam energinya.
kau begitu tenggelam dalam kenangan
tentangnya, seolah menghapuskan
kenangan itu sama saja dengan
membunuhmu, kau begitu terikat dalam
cintanya.. shingga tak sadar bahwa, apa
yang diberikan suatu saat diambil
kembali..

Sembuhkanlah patah hati seperti
menunggu hujan reda, walau termakan
waktu dan lama yang sangat
membosankan, menyakitkan.. tapi
setelahnya kau bisa melihat dengan jelas,
melangkah perlahan dengan hati yang lebih
tentram, sebab hujan tadi kau jadikan
pelajaran, pelajaran bahwa.. segala
sesuatunya membutuhkan, sabar..


Jika ingin melupakannya maka
bersabarlah..

yang kau tak tau


Aku juga ingin memelukmu, membisikan
kata yang perlu kau tahu. Tapi aku takut,
pelukku hanya menghimpit rongga dadamu,
menyesakkan napasmu, dan kata-kataku
menyakitimu. Mungkin memang tidak
untuk saat ini, tapi nanti; saat kita sudah
sepenuhnya bermain dengan hati, dan
kenyataan lagi-lagi membangunkan kita
dari mimpi.


Sebab, aku juga mencintaimu dalam-
dalam, semakin dalam, dan dibiarkan
tenggelam. Karena cintaku sungguh sangat
diam-diam...

sajak yang tak pernah selesai


Sajak ini ialah caraku menafsirkanmu
; sebuah kebingungan jelang tidur yang tak bisa
kujawab sendiri.
Sebab diingatanku, kau bayangan yang tak
ditenggelamkan gelap malam.
Kau telah menjelma duri tajam;
duri yang telah kuikhlaskan menancap,
ke dinding hati ketulusan.

Perihal pertama kebingunganku ialah wajahmu.
Bagaimana bisa hadirmu, ada di saat pejam
tidurku?
Kau serasa racun menyebar dalam diri, tak teraba
tapi terasa pasti.

Kau pil pahit merusak isi dada, terbuat dari
kenangan cantik kita berdua.

Ia mendadak menjelma kunang-kunang yang
bergerak tiada letihnya; terbang beterbaran
bermain di taman ingatan.
Entah gambaran apa ini? Mungkin ini yang
kemudian disebut orang sebagai kenangan.
Ia seolah mempunyai mata;
mata yang menyalak dalam gelap minta
diperhatikan.

Apa itu karena matamu dulu?
Mata yang kuingat paling cantik, tempat
meleburkan duka-hitam-pahit.
Ya, tatapanmu. Ia serupa pusat putaran rotasi
bumi, dimana pun aku pergi.
Padamulah arti pulangku kembali.
Matamu berair.
Sedihku hadir.

Ah, kenapa Tuhan ia tidak bisa keluar dari
pikiranku?
Aku seperti pintu yang terus menerus diketuk,
padahal pintu itu jelas sudah tertutup.

Bukankah kau Tuhan, selalu mengajarkanku
syukur?
Aku sudah menjalani apa yang bisa kujalani,
menanggung apa yang telah kusanggupi.

Sebab seperti pelukan dari belakang.
Kudiamkan lengan. Agar kau bukan lagi di
lingkaran-dekapan.

Kini tak apa aku menjadi abu, yang terbang agar
tanaman lain bisa tumbuh.
Sedangkan kau tungku api,
terserah menyala membakar entah sampai nanti.

Tapi mengapa ketika aku mulai bersyukur, selalu
muncul bayanganmu yang kufur.
Kamu begitu fasih mengelabui hati, mengganti arti
membahagiakan dengan melepaskan.
“Bahagia seperti apa itu?, hujatku dalam hati,
bukankah bahagia tak lebih dari gambar yang kita
ciptakan dalam kepala?
Sedang keterbatasanku. Bukankah ia cobaan?
Bukan, alasan kita saling melepaskan.”

Inilah membawa kebingunganku selanjutnya,
kita saling ‘melepas’ tapi mengapa bayangmu tak
tanggal lekas.
Selalu datang disaat jelang tidurku.
Bagaimana kau bisa disana, apa kau menungguku
tidur?
Selalu sesaatku perlahan memejam mata
kenanganmu pecah dalam kepala.
Ia menjelma pedang yang menghunus jantung,
lalu merobek-robeknya tanpa ampun.
Tidakah kau mengerti, hal itu membuatku perih?
Pasti itu karena senyummu?
Lengkungan yang kuingat paling memikat, tempat
isi ulang peluhku menjadi semangat.

kau kolam untukku tenggelam; tenggelam
menyelami mata air ketabahan.
Bius ampuh penghilang rasa sakit yang selalu
kuandalkan.
Kau muram.
Tawaku karam.

Sedangkan sentuhan kulitmu.
Ialah bumi dimana kuberpijak, langit yang
menerangi setiap tapak.
Kemanapun aku pergi, sebenarnya tetap kaulah
alam berlindung diri ini.

Peluhku jatuh, kau hadirkan angin sepoi sesaat.
Kumenangis, kau hadirkan hujan untuk
menutupinya cepat.
Kau udara, yang tak habis-habisnya tempatku
bergantung napas.
Tanpamu, hempaskanku ke jurang sedih tanpa
batas.

Karena tak ada terbayang di’angan’ku, untuk kau
jadi ‘angin’ lalu.
Dan kini kau memang berlalu.
Jauh.
Meninggalkan ragaku.

Kini kepakan kunang-kunang itu pun
mengangguku setiap malam.
Cahayanya gemintang, ia terbang berputar-putar
mengitari taman ingatan. dari tempat ke tempat.
Bekas tawa kita pecah melekat.
Pada mulanya kunang-kunang itu muncul di
mimpiku, di dalam tidurku, di pejam kedua
mataku.
Kemudian ia keluar dari tanganku; tangan yang
pernah kubalas sentuhanmu yang hangat.

Kini mereka terbang gentayangan. melayang di
kamarku. Kemudian dengan kompak membuat
konstelasi wajahmu yang manis. Lambat laun
kulihat muncul lehermu disana. Kemudian lengan
tanganmu.
Tangan dari tempatku bertahan, kekalahan hidup
pun tak apa jika pelukanmu ada setiap
kubutuhkan.
Dekap lengan yang setara embun pagi surga.
Masuk menyelinap mengugurkan perih cobaan
dunia.
Hingga kau benar-benar masuk dalam jiwa.
Merasuk, mengisi kekosonganku disana.

Kuingat, semua begitu terasa menyenangkan, saat
lenganmu merengkuh badan.
Tapi tidak saat kau tiba-tiba melepaskan,
dan tubuhku keburu tak mengetahui cara
bertahan.
Nah! mengertilah kamu apa yang kurasakan
sekarang.
Tapi jika itu kurang?
Tambahkanlah perasaan itu; perasaan sekarang
dengan sepi jelang tidurmu,
taburkanlah suasana gelap kamar tidurmu,
padukanlah juga dengan sunyimu.
Kemudian aduklah dengan kuat semua itu.
Pekat benarkan?
Sesaat sesak pun meruak.

Kini semua kunang-kunang terbang berhamburan;
di mejaku, tempat tidurku, Lemariku, sobekan
poto-poto kita yang lucu, dan tentu barang-
barang pemberianmu. Semuanya menyala bak
pasar malam.
Dan tentu wujudmu yang kini utuh dibuatnya.
Kulihat kau masih terpaku di depanku, lalu tak
lama kemudian kau tersenyum, dan melambaikan
tangan.
Aku pula tersenyum gemetaran.

Ah, kini kau makin menyelamiku lagi.
Bagaimana untuk berhenti.
Tuhan, entah apakah dengan berdoa seribu kali
ini akan terhenti?
Tapi bagaimana bisa, jika sudah mendarah
daging begini.

“Tolong pergilah kunang-kunang”, teriakku dalam
hati. Tapi kunang-kunang itu pun masih saja
keluar dari kepalaku, tanganku, mulutku dan
seluruh tubuhku.
Tidakkah kau tahu?
Tubuhku istirahat itu bukan untuk memikirkanmu.
Sungguh kebingungan ini tak bisa kujawab
sendiri.
Aku sudah letih.
Sesak.
Menanggungnya sendiri.

Oh Tuhan ini yang paling lagi aku tak sanggup,
apa cukup bersyukur ini akan selesai? Pun
ditambah doa dan sabar?
Rasanya tidak! karena air mataku ternyata tidak
sabar; tidak sabar berdoa agar selalu disyukuri
ketabahan.
Sebab
air mataku kutanyapun terjatuh, tak mengerti
hendak ia jatuh untuk apa dan siapa.
Akukah yang sebenarnya merindukanmu yang
pergi?
Atau semua ini tanda kau berpisah denganku;
Sebuah tanda kau pergi meninggalkan
tubuhku ini?

gerimis cinta


Jika saja gerimis tidak lebih dulu mencuri
perhatianmu.

Mungkin aku tidak perlu digigilkan cemburu setiap
ia hadir di mataku.

tapi beruntung aku sempat mencuri senyummu,
karena itu cukup meredakanku.

-----------------------

Lewat gerimis,

Aku cemburu pada caramu menghapus luka, diam-diam tanganmu menengadah ke arahnya.

Jadi kuputuskan bermain hujan, untuk meresapi
rahasia kesejukannya.

Kelak jika kau terluka, peluklah diriku saja.

--------------------------------

Serupa angin menyepoi rambut kita, aku juga
ingin seperti dia.

Melucuti semua gelisahmu, hingga terlukis
senyummu merona disana.

Lalu tinggal kubingkai indah lewat kecup
keningmu saja.

---------------------------------

“Di dalam hujan itu ada anugerah tuhan “, rayuku.
tapi kamu masih saja termangu.

Malah jawabmu, ” Sepertinya gerimis ini akan
menjadi hujan yang lebat”

Maka kuputuskan saja untuk menarik tanganmu,
mencemburui balik gerimis itu layaknya bermain
hujan masa kecil kita dulu.

-------------------

Dan hujan pun semakin lebat, memerintahkan
langkah kita agar cepat,
sambil tahu-tahu telapak tanganku menjadi
payung di ubun kepalamu.

Kamu pun begitu juga rupanya.

Hingga tak sadar kita pun berbagi senyum,
karena tahu itu tak cukup melindungi– tapi cukup
meneduhkan hati kita.

--------------

Dalam hatiku berkata: ” Kamu pasti mengira
hujan ialah ajang cari penyakit.

Tunggulah, sampai hujan kugubah menghapus
rasa sakit.”

--------------

Dan sampai langkah yang tak seberapa, kau
mengembalikan tanganku ke asalnya.

aku diam-bingung saat itu. Dan kau malah
tersenyum sambil tanganmu mencoba memeluk
rintik hujan.

Entah kau lelah, kasih, atau kau mulai menikmati
rintik hujan ini?

tapi aku senang melihatmu begitu, hingga
tersadar aku tertular senyummu.

Ah! cinta, sepertinya ia ingin diartikan berbeda
saat itu.

---------------

Sungguh kasih, setelah itu, izinkanlah aku menjadi
hujan dalam hidupmu.

Setiap rerintiknya membawa ketenangan ke dasar
palung hatimu.

yang ‘kan selalu menjadi pertama kali
menyentuhmu,
menjadi yang kau andalkan ‘tuk mencairkan beku
luka dalam peparu.

hingga kau pun tak perlu takut sakit lagi, karena
ada aku yang selalu menemani.

--------------

Dan akhirnya kau pun memelukku kencang,
dan tangan lembutnya tak bisa lagi
kulawan.

Senin, 25 Agustus 2014

rumah ternyaman


Jika hati adalah rumah bagi hati yang
lain. Dan jika hati adalah tempat
pulang paling nyaman. akankah kau
ingin pulang pada rumah yang
kuncinya telah ada padamu? di
hatiku?

Di rumah ini, di hatiku. Aku suka
untuk menunggumu, duduk di antara
dua daun jendela dan sesekali melihat
jauh ke arah kau akan datang. Aku
menikmatinya, meski kadang hujan,
panas dan badai silih berganti
menerpa dari luar jendela. Aku suka
untuk menunggumu seperti itu, tanpa
aku harus menutup jendela dan
menghitung seberapa lama waktu
berlalu meninggalkanku. Mungkin kau
bertanya, mengapakah aku tak jemu,
hanya tergugu di tempat yang sama
setiap waktu? Kau tahu bagaimana
aku menikmati detik penantianku? Dan
seperti apa cinta itu menjelma
kebahagian yang membuat ku tetap
tinggal di sana? Ah mungkin aku tak
bisa menggambarkannya apatalagi
hanya dengan menorehkannya dalam
kata. Namun jika kau merasakan hal
yang sama, aku yakin kau akan tahu.

Perihal kedatanganmu, kau akan
datang bukan? aku harap. Dan tak
perlu cemas, tentang apa yang ku
inginkan dan seberapa lama aku akan
menunggumu. Tentang inginku, meski
hatiku tak bisa menjadi rumah
ternyaman bagimu, kedatanganmu
adalah hal yang tetap aku nantikan
setidaknya kau dapat memberiku kunci
yang pernah kusimpan di sakumu
tanpa tahu-mu. Dan tentang
menunggumu, tentu aku akan di sini,
merawat rumah untuk menjadi tempat
ternyaman kau pulang.

Seperti pagi tadi, mungkin tak bisa ku
suguhkan yang terbaik selain aksara
kata dalam seseduhan doa-doaku.
Bahkan mungkin di waktu senja pun
malam hanya itu yang bisa ku beri.
Sebab hanya itu yang rumahku miliki
— doa

Doaku – perihal rencana Tuhan
menitipkan rasa ini padaku, kuharap
adalah perihal cinta yang tak sekedar
pelajaran saja. ku harap DIA segera
menghadirkanmu untukku. Untuk
menjaga hatiku, agar halal hatiku
mencintaimu.

Maka tentang doa ini, semoga tidak
sedang mendikte TUHAN, kuharap
hanya sebagai meminta belas kasih
pada hati yang rapuh. Pun pada
apapun kelak pada akhirnya yang
tertakdir adalah yang terbaik.
Untukmu dan untukku. Dan bukankah
waktu dan jarak telah begitu tahu,
bahwa aku akan baik-baik saja?
Mencintai seseorang bukan melulu
memiliki, karena hati tahu betul
bagaimana mencintai bahkan pada
sesuatu yang abu. Baiknya, karena
aku bisa melakukan itu. Dan ya, aku
percaya, denganmu aku akan bahagia
dan tanpamu aku akan baik-baik saja.

Jika menunggumu dan mendoakanmu
adalah bagian dari usahaku, Bolehkah
ku pinta segeralah datang padaku –
entah untuk tetap tinggal selamanya
ataukah memintaku berhenti :)
Pada rumah ternyaman tempat kau
tinggal, ku harap itu adalah — hatiku