Sesuatu yang telah berakhir,
seharusnya memanglah
berakhir. Tanpa ada satu hal
pun yang masih tertinggal atau
berbekas. Dan setelah itu kita
memulai lembaran baru. Tetapi
sayangnya tidak sesederhana
itu, setiap manusia memiliki
ingatan yang menyimpan
kenangan, membuat manusia
itu sendiri menjadi pengingat
yang baik perihal momen yang
pernah dilewati bersama.
Di antara ratusan juta manusia
yang tinggal di bumi ini, ada
yang datang dan pergi di dalam
kehidupan. Di antaranya ada
juga yang menetap hingga saat
kamu membaca tulisan ini.
Orang yang datang mengisi
kehidupan sedikit banyak
memberikan perubahan di
dalam diri dan dunia kita. Orang
yang pergi pun sedikit banyak
memberikan kenangan yang kita
ingat di dalam kepala.
Ya, orang yang pergi selalu
meninggalkan kenangan. Suara,
canda, tawa, tangis, senyum,
pengalaman, dan hal apapun
yang membekas di ingatan.
Sebagian orang masih
mengingat dan menikmati
kenangan tentang seseorang
yang dicintainya. Kadang
kenangan yang
membangkitkan luka, yang
berisiko menyakiti hati. Sama
halnya seperti memutar
sebatang rokok di antara jemari
dan telapak tangan. Kamu tau
betul akan terluka jika ujung
rokok yang menyala terkena
kulit, tapi kamu tetap
melakukannya. Mungkin seperti
itulah analogi ketika menikmati
kenangan.
Ketika seseorang yang
kamu cintai pergi dalam
keadaan masih sangat
mencintainya, apa yang akan
kamu lakukan? Beranjak dan
merelakannya? Atau pasrah
terjembab dalam kubangan
masa lalu? Atau…, mencari
seorang ‘pengganti’?
Seorang yang baru untuk
menggantikan posisinya di
hatimu. Seorang yang kamu
butuhkan untuk mengobati luka
patah hati. Seorang pengganti
yang dapat kau cintai.
Berbicara tentang pengganti,
secara sadar atau tidak,
sebetulnya kamu hanya
menukar posisinya dengan dia
yang telah pergi.
Dan taukah kamu bahwa itu
sebuah hal yang keliru?
Takkan ada pengganti untuk dia
yang telah pergi, takkan ada.
Sebab dia hanya satu dan satu-
satunya di dunia ini. Dia spesial
dan memiliki tempat yang
istimewa di hatimu, karenanya
kamu mencintainya dengan
sangat sampai sulit dan bahkan
tidak bisa merelakannya.
Menjadikan dia yang baru
sebagai pengganti sama
saja kamu
menganggapnya sebagai alat
yang berfungsi
membahagiakanmu dan sebagai
pelampiasan. Kamu tidak
benar-benar mencintainya,
karena perasaanmu masih yang
lama. Cinta terhadap orang
yang telah pergi. Dengan begitu
kamu menipu hati.
Bukankah itu egois? Karena
kamu hanya memikirkan dirimu
sendiri? Bukankah itu bentuk
ketidakmampuanmu dalam
menerima kenyataan bahwa dia
yang lama telah pergi?
Sehingga kamu
menggunakan dia yang
baru sebagai pengganti.
Dia yang baru adalah seorang
yang sepantasnya kamu cintai
dengan hati dan perasaan yang
baru, yang tanpa sedikit pun
tertempel hal dari masa lalu.
Seperti selembar kertas putih
yang masih kosong. Kamu dan
dia menulis cerita baru tanpa
mengingat lagi hal-hal yang
sudah berlalu.
Ingatlah, dia yang baru
bukanlah pengganti, dia punya
peran dan porsinya sendiri
mengisi kehidupanmu. Lebih
baik atau lebih buruk pun
takkan sama, meskipun ada
kemiripan dengan dia yang
lama.
Menjadikan dia yang baru
sebagai pengganti sama saja
menyakiti dirimu sendiri dan
tentu menyakitinya, sampai
suatu hari kamu menyadari
bahwa yang telah kamu lakukan
adalah sebuah kesalahan atas
egomu. Sampai suatu hari dia
akhirnya menyadari bahwa
kamu tidak benar-benar
mencintainya.
Dia yang baru bukanlah
pengganti, sebab dia mencintai
dirimu dan yang menemanimu
membangun masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar