Minggu, 21 September 2014

Bersembunyi di balik tawa

Aku tersenyum. Itu caraku menghias luka. Aku
tertawa. Itu caraku untuk sembunyi. Aku jadi
seringkali berhasil membuat orang tertawa di
atas kesedihanku, sebab kesenanganku dulu
sudah banyak membuatnya sedih. Bila aku
semakin lucu, itu karena ia semakin jauh.
Mungkin ini karena banyak yang membenci aku
saat dulu ia di dekat aku. Setiap hari aku harus
mencicip bayang-bayang yang pahit, setiap hari
aku harus mengenyangkan kepalaku dengan itu.
Kekonyolanku adalah hal yang paling menyentuh,
aku akan menunggu semua orang dapat
memeluk aku yang tidak henti-hentinya
bertingkah kocak, sampai saat aku tertawa
sendiri, mereka amat terpukul. Sementara saat-
saat ini, tawa mereka hanyalah buah demi buah
yang tumbuh dari caraku melarikan kepedihan.
Bila ini melemahkanku, mengapa tidak
melelahkanku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar