Sabtu, 13 September 2014

ini aku


Aku punya satu kepala, ribuan kamu di dalamnya.

Aku punya satu hati, menunggu untuk kau diami.

Aku punya dua telinga, suaramu yang kucerna.
Aku punya mata, terlukis bayangmu di dalamnya.

Mulutku hanya satu, dia melengkungkan senyum,kepadamu.

Aku punya bahu, silahkan bersandar disitu.
Semaumu.

Aku punya dua lengan, kulingkarkan dalam peluk hingga akhir jaman.

Jemari tanganku ada sepuluh.
Sayang, mereka mati rasa, dan baru hidup jika
digenggammu.

Kau lihat jari manisku?
Ia menunggu lingkar janji, sehidup semati.

Aku punya dua lutut, mereka bertekuk di
hadapanmu dengan satu senyum maut.

Aku punya dua kaki. Semuanya menujumu. Kamu
mau diam? Atau lari mendekatiku?

Milyaran sel darah merahku, semua berdesir dan meluap-luap.
Melukis pipiku, menjadi merah jambu. Di
dekatmu.

Milyaran sel di otakku, boleh Kau ambil Tuhan,
tapi tolong sisakan satu. Ingatan tentang kamu.

Epidermis kulitku, sekujurnya, menunggu terlapis hangat pelukmu.

Tuhan hanya punya satu surga, kamu pasti salah satu contohnya.

Nerakaku, jutaan senti berjarak darimu.
Doaku, kau berbahagia di setiap langkahmu,
dalam iringanku.

Jutaan anak rambutku berseru rindu.
Usap telapak tangan lembutmu.

Pelukanku hangat, entah berapa suhunya.
Kalikan jutaan dekap untukmu.
Kini, sudah melelehkah kau dekatku?

Kamu, pasti berkelenjar air mata. Di dekatku,
takkan kubiarkan jatuh, walau setetes saja.

“Karena kau ganjil, dan aku beserta jiwaku akan
berusaha menggenapinya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar