Kulihat jarum detik pada jam dinding di kamarku.
Ia bergerak bagai penyorak, memberiku tarian
penyemangat untukku tetap ingin
mendapatkanmu. Mungkin ini maksud sang
waktu, menunggu ketepatannya bukan berarti
hanya berdiam diri, seperti mata kosong dari
balik jendela yang menunggu kereta Santa Klaus
lewat di langit. Tetapi inilah aku, tak genap aku
tanpa hatimu. Aku tak bisa mengayunkan
tanganku kemudian laut berdiri dengan
ombaknya, bukan pula aku yang meletakkan satu
persatu bintang di angkasa sampai kemudian
nampak begitu indah. Maka aku sungguh
mengerti, tidak hanya dengan aku menjetikkan
jari lalu hatimu ada dalam genggaman. Kaulah
bagian tersulit yang aku kenal dari suatu
kebahagiaan.
Dengar! Seperti awan yang berjalan di atas
kotaku yang membosankan ini, tak pernah
sekalipun aku berpikir untuk berhenti dari niatku
meneduhkanmu. Tidak hanya dengan hati aku
mencintaimu, tetapi pula tenaga sebagaimana
kau tercipta untuk jadi kuatku.
Suatu saat, di hari-hari epan yang
menyenangkan, aku yakin, itu adalah hari untuk
aku mengenang perjuanganku yang tak percuma
ini; untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar