Senin, 25 Agustus 2014

rumah ternyaman


Jika hati adalah rumah bagi hati yang
lain. Dan jika hati adalah tempat
pulang paling nyaman. akankah kau
ingin pulang pada rumah yang
kuncinya telah ada padamu? di
hatiku?

Di rumah ini, di hatiku. Aku suka
untuk menunggumu, duduk di antara
dua daun jendela dan sesekali melihat
jauh ke arah kau akan datang. Aku
menikmatinya, meski kadang hujan,
panas dan badai silih berganti
menerpa dari luar jendela. Aku suka
untuk menunggumu seperti itu, tanpa
aku harus menutup jendela dan
menghitung seberapa lama waktu
berlalu meninggalkanku. Mungkin kau
bertanya, mengapakah aku tak jemu,
hanya tergugu di tempat yang sama
setiap waktu? Kau tahu bagaimana
aku menikmati detik penantianku? Dan
seperti apa cinta itu menjelma
kebahagian yang membuat ku tetap
tinggal di sana? Ah mungkin aku tak
bisa menggambarkannya apatalagi
hanya dengan menorehkannya dalam
kata. Namun jika kau merasakan hal
yang sama, aku yakin kau akan tahu.

Perihal kedatanganmu, kau akan
datang bukan? aku harap. Dan tak
perlu cemas, tentang apa yang ku
inginkan dan seberapa lama aku akan
menunggumu. Tentang inginku, meski
hatiku tak bisa menjadi rumah
ternyaman bagimu, kedatanganmu
adalah hal yang tetap aku nantikan
setidaknya kau dapat memberiku kunci
yang pernah kusimpan di sakumu
tanpa tahu-mu. Dan tentang
menunggumu, tentu aku akan di sini,
merawat rumah untuk menjadi tempat
ternyaman kau pulang.

Seperti pagi tadi, mungkin tak bisa ku
suguhkan yang terbaik selain aksara
kata dalam seseduhan doa-doaku.
Bahkan mungkin di waktu senja pun
malam hanya itu yang bisa ku beri.
Sebab hanya itu yang rumahku miliki
— doa

Doaku – perihal rencana Tuhan
menitipkan rasa ini padaku, kuharap
adalah perihal cinta yang tak sekedar
pelajaran saja. ku harap DIA segera
menghadirkanmu untukku. Untuk
menjaga hatiku, agar halal hatiku
mencintaimu.

Maka tentang doa ini, semoga tidak
sedang mendikte TUHAN, kuharap
hanya sebagai meminta belas kasih
pada hati yang rapuh. Pun pada
apapun kelak pada akhirnya yang
tertakdir adalah yang terbaik.
Untukmu dan untukku. Dan bukankah
waktu dan jarak telah begitu tahu,
bahwa aku akan baik-baik saja?
Mencintai seseorang bukan melulu
memiliki, karena hati tahu betul
bagaimana mencintai bahkan pada
sesuatu yang abu. Baiknya, karena
aku bisa melakukan itu. Dan ya, aku
percaya, denganmu aku akan bahagia
dan tanpamu aku akan baik-baik saja.

Jika menunggumu dan mendoakanmu
adalah bagian dari usahaku, Bolehkah
ku pinta segeralah datang padaku –
entah untuk tetap tinggal selamanya
ataukah memintaku berhenti :)
Pada rumah ternyaman tempat kau
tinggal, ku harap itu adalah — hatiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar