Kamis, 11 Desember 2014

Monolog menjelang pagi

Sebelum dini hari menjadi pagi,
aku berangan mendengarkan napasmu
perempuan berjantung rembulan,
mahir menidurkan badai dengan usap tangan yang menenangkan

Sangka ini melahirkan ribuan anak danau di mataku tempat tata surya berkaca,
menerka jumlah denyut di kedalaman duka,
mengukur ceruk luka yang semakin dalam karena kecewa

Gelap malam telah menyerupai warna bir yang kutuang
rindu menjelma degub yang meramaikan jantung serigala hutan
menuduh bibirmu sebagai korban,
sebait metafora dari kelenjar sayap yang
mengajakku terbang

Ceritakan padaku,
seperih apa gerimis malam ini menjatuhi ubun-ubunmu
lebih nyeri dari jantung binatang buruan yang terpanah,atau melebihi anyir sayatan yang dilembabkan nanah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar