Jumat, 26 Desember 2014

Selembar masa lalu

Selembar masalalu.
Di ingatanku.
Menempel seperti permen karet di bagian bawah sepatu.
Bikin pilu.

Selembar masalalu.
Mirip benalu.
Melekat di banyak sekali lagu.
Yang sendu-sendu melayu.
Andai selembar masalalu ini hanya selembar kertas yang bisa kurobek-robek .
Andai selembar masalalu ini hanya selembar foto yang bisa
kulempar ke perapian.

Selembar masalalu ini,
Seperti bagian tubuhku.
membuangnya aku melukai diri sendiri.
Namun melupakannya juga aku tak bisa.

Selembar masalalu.
Entah mengapa ada melulu.
Baik di sepiku hingga duniaku.
Namanya selalu kudengar di sejauh-jauhnya aku berlabuh.

Selembar masalalu,
dialah mantan kekasihku.
Yang mencuci kakinya di hatiku.
Kemudian berlalu
membawa separuh jiwaku.
Kepergiannya telah menguras banyak semangatku.
Bayang-bayangnya ialah hantu,
mengikutiku dengan membebaniku.

Selembar masalalu itu memanglah piluku.
Yang membuat yang lain nampak seperti kekosongan di mataku.
Hampa—kumenghakimi hidup ini.
Siapapun yang mencintaiku jadi percuma.
Dan aku selalu berurusan dengan diriku sendiri.
Namun itu membuatku merasa,sendirian.
Di antara segala hati yang peduli kepada ku.

Selembar masalalu.
Terlalu penting di hatiku.
Kumerawatnya dengan menipu-nipu.

1 komentar:

  1. Ini bukan puisi tak bertuan, tapi ini karyanya bang Zarry Hendrik dari buku Sekarangku.
    Parahh bangett sii kamuuu.

    BalasHapus