Kamis, 23 Oktober 2014

Senja yang lupa ku tulis

Satu senja pernah kita habiskan dengan
diam dan keadaan yang semakin
mendingin. Sepasang kupu-kupu dengan sayap tua menguning, terbang menggiring kata bosan yang keluar dari bibirmu.
Gerimis sore itu seperti jutaan tombak yang ingin menikam segala yang lelah di
kepalaku. Hening membatu, tanpa satu pun suara yang berniat melenturkan lidah kita.
Untuk mengelabuhi kecewa, di atas
selembar roti aku melukis setangkai mawar dengan mentega. Kuletakkan tepat di sebelah teh wangi melati yang kau pesan dengan hati benci dan segala yang menyakiti.

Sore ini, sekeping kegagalan telah tersaji pekat di atas meja pertengkaran. Dimasak di sebuah dapur yang menyeruakkan wangi bunga-bunga setelah kau mengenal dia.
Petir di luar menyerupai suara tawa mereka yang di depannya dulu, aku pernah membanggakanmu.

Sepertinya kita butuh senja lain untuk
mengumpulkan percakapan.
Satu sore saja, aku rasa tak akan cukup
untuk menampung perbincangan kita yang semakin tajam dan mulai gemar saling melukai. Aku menyadari bahwa kita hanyalah sepasang permohonan yang tak pernah selesai di hadapan doa.
Sebelum kau dan aku benar-benar paham,pertemuan adalah perintah takdir untuk
kita berpelukan, lalu saling tabah
melepaskan. Kelak, silam juga akan
mengajak kita untuk saling memunggungi.
Tanpa perlu mengingat lagi, kedua dada
kita pernah saling berjanji untuk mengingat sehidup hingga mati.

Ternyata benar apa yang dulu pernah aku takutkan, terutama perihal mencintai,melepaskan memang butuh rasa sakit yang lebih.

Semoga tulisan ini tak hanya berupa angin,yang membawa kabut senyummu menuju bening laut air mataku. Berbahagialah,rebahkan kekagumanmu di dadanya.
Jangan lupa satu hal; datanglah kembali
ke sini, jika kau butuh sesuatu yang bisa
kau lukai.

Selasa, 21 Oktober 2014

Aku berharap, semoga bukan kamu lagi

Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia, bukan karna aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu.

Itu menyakitkan. Seperti pukulan yang
sebenarnya ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk. Supaya aku dapat melihat Tuhan memakaikan kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan. Sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.

Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu, mengelilingi tubuhku, dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku.

Ada satu hal yang sampai hari ini masih
membuat aku bangga menjadi aku, yaitu karena aku mampu terima kamu apa adanya.

Aku meminta ampun kepada Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau suatu saat, ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tidak lagi menginjak bumi. Sebab hidup
terasa bagaikan dinding yang dingin.

Aku harus menjadi paku. Kamu yang bagai lukisan dan cinta itu palunya. Memukul aku,memukul aku, dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.

Pada akhirnya, semoga tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas.

Sabtu, 18 Oktober 2014

Untukmu aku . . . . .

Untukmu aku,

Berdiri di atas hujan

Berlari di tengah badai

Mendayung bersama ombak

Melihat ke arah samar

Bertarung di dalam hati

Mengambil nafas yang panjang

Hingga aku menerobos kesesakan

Sampai tertatih-tatih, jatuh dan terluka

Ini adalah bukan sampai kapan aku
mampu bertahan,

karena bagiku,
kau adalah selamanya aku hidup

Rabu, 15 Oktober 2014

Tentang sebuah pengganti masa lalu

Sesuatu yang telah berakhir,
seharusnya memanglah
berakhir. Tanpa ada satu hal
pun yang masih tertinggal atau
berbekas. Dan setelah itu kita
memulai lembaran baru. Tetapi
sayangnya tidak sesederhana
itu, setiap manusia memiliki
ingatan yang menyimpan
kenangan, membuat manusia
itu sendiri menjadi pengingat
yang baik perihal momen yang
pernah dilewati bersama.

Di antara ratusan juta manusia
yang tinggal di bumi ini, ada
yang datang dan pergi di dalam
kehidupan. Di antaranya ada
juga yang menetap hingga saat
kamu membaca tulisan ini.
Orang yang datang mengisi
kehidupan sedikit banyak
memberikan perubahan di
dalam diri dan dunia kita. Orang
yang pergi pun sedikit banyak
memberikan kenangan yang kita
ingat di dalam kepala.

Ya, orang yang pergi selalu
meninggalkan kenangan. Suara,
canda, tawa, tangis, senyum,
pengalaman, dan hal apapun
yang membekas di ingatan.

Sebagian orang masih
mengingat dan menikmati
kenangan tentang seseorang
yang dicintainya. Kadang
kenangan yang
membangkitkan luka, yang
berisiko menyakiti hati. Sama
halnya seperti memutar
sebatang rokok di antara jemari
dan telapak tangan. Kamu tau
betul akan terluka jika ujung
rokok yang menyala terkena
kulit, tapi kamu tetap
melakukannya. Mungkin seperti
itulah analogi ketika menikmati
kenangan.

Ketika seseorang yang
kamu cintai pergi dalam
keadaan masih sangat
mencintainya, apa yang akan
kamu lakukan? Beranjak dan
merelakannya? Atau pasrah
terjembab dalam kubangan
masa lalu? Atau…, mencari
seorang ‘pengganti’?

Seorang yang baru untuk
menggantikan posisinya di
hatimu. Seorang yang kamu
butuhkan untuk mengobati luka
patah hati. Seorang pengganti
yang dapat kau cintai.

Berbicara tentang pengganti,
secara sadar atau tidak,
sebetulnya kamu hanya
menukar posisinya dengan dia
yang telah pergi.

Dan taukah kamu bahwa itu
sebuah hal yang keliru?

Takkan ada pengganti untuk dia
yang telah pergi, takkan ada.
Sebab dia hanya satu dan satu-
satunya di dunia ini. Dia spesial
dan memiliki tempat yang
istimewa di hatimu, karenanya
kamu mencintainya dengan
sangat sampai sulit dan bahkan
tidak bisa merelakannya.

Menjadikan dia yang baru
sebagai pengganti sama
saja kamu
menganggapnya sebagai alat
yang berfungsi
membahagiakanmu dan sebagai
pelampiasan. Kamu tidak
benar-benar mencintainya,
karena perasaanmu masih yang
lama. Cinta terhadap orang
yang telah pergi. Dengan begitu
kamu menipu hati.

Bukankah itu egois? Karena
kamu hanya memikirkan dirimu
sendiri? Bukankah itu bentuk
ketidakmampuanmu dalam
menerima kenyataan bahwa dia
yang lama telah pergi?
Sehingga kamu
menggunakan dia yang
baru sebagai pengganti.

Dia yang baru adalah seorang
yang sepantasnya kamu cintai
dengan hati dan perasaan yang
baru, yang tanpa sedikit pun
tertempel hal dari masa lalu.
Seperti selembar kertas putih
yang masih kosong. Kamu dan
dia menulis cerita baru tanpa
mengingat lagi hal-hal yang
sudah berlalu.

Ingatlah, dia yang baru
bukanlah pengganti, dia punya
peran dan porsinya sendiri
mengisi kehidupanmu. Lebih
baik atau lebih buruk pun
takkan sama, meskipun ada
kemiripan dengan dia yang
lama.

Menjadikan dia yang baru
sebagai pengganti sama saja
menyakiti dirimu sendiri dan
tentu menyakitinya, sampai
suatu hari kamu menyadari
bahwa yang telah kamu lakukan
adalah sebuah kesalahan atas
egomu. Sampai suatu hari dia
akhirnya menyadari bahwa
kamu tidak benar-benar
mencintainya.

Dia yang baru bukanlah
pengganti, sebab dia mencintai
dirimu dan yang menemanimu
membangun masa depan.

Minggu, 12 Oktober 2014

Mungkin di lain hari

Terkadang aku ingin berdoa
seraya menangis kencang
dalam kebisuan pada malam-
malam lalu. Memperlihatkan
kelemahanku pada Tuhan
bahwa tidak semua lelaki dapat
menahan kerinduan terhadap
perempuannya.

Entah kapan kita pernah berjanji
untuk bertemu, setelah sekian
lama aku menabung pundi-
pundi rindu yang kusimpan di
dalam dadaku yang kian
meringkih akibat harapanku
sendiri dari waktu ke waktu.

Namun sayangnya penantian
tak pernah sederhana, dan
sayangnya penantian tak selalu
menghasilkan temu. Kau tau?
Aku selalu menghargai waktu
dengan tidak membahasnya
saat bersamamu. Kau tau?
Setiap pertemuan adalah bom
waktu menuju perpisahan
hingga tiba saatnya entah
dengan alasan apa di ujung
jalan kita melepas genggaman.

Kau tau?

Tak ada yang benar-benar
selamat dalam ucapan selamat
tinggal.

Mungkin di lain hari kita akan
bertemu kembali. Aku ingin
melihat siapa di antara kita
yang senyumnya paling
bahagia.

Bersiaplah, bila suatu hari
waktu itu tiba.

Kita berdua sama-sama hilang.

Senin, 06 Oktober 2014

Pohon

Suatu hari aku memiliki pohon yang amat
indah aku pandang.tapi berduri, pohon itu pun tak banyak memiliki kelebihan.
Pohon itu berjenis kaktus.
Orang-orang menyuruhku membuang
kaktusnya.”berbahaya banyak mencelakai
banyak orang” sampai tumbuhlah sebuah pohon aneh tak indah dipandang mata.tapi kenapa orang -orang menyukainya?
“Pohon kelapa baik untukmu.banyak
fungsinya semua yang ada pd pohon itu bisa kamu gunakan nanti.”
“Tapi dia tinggi dan berdaun jarang tak
lebat.mana mgkn aku bs berteduh
dibawahnya”
“Lihatlah deratan pohon kelapa di pinggir pantai.bnyk orang meneduh dibawahnya karna tak ada pohon lain lagi selain kelapa.”
Tak lama setelah tumbuhnya pohon
kelapa.pohon kaktus itu melukaiku dengan durinya.ternyata benar kaktus itu berbahaya.kuberikan kaktus itu kepada seseorang yang pantas merawatnya.
Ku merawat baik-baik pohon kelapa yang tumbuh dengan cepat.
Bakal buah terlihat banyak.batangnya
kokoh.daunya berjejer rapi nan indahnya.
Waktu terus berjalan hingga waktunya
kubisa dapat melihat buahnya tumbuh.
Tapi tiba² buah kelapa itu ditebang orang.
Kulihat dengan mata kepalaku sendiri.buah
kelapa disantap dengan lahap dan
nikmatnya oleh orang itu.daun²nya yang
tumbuh rapi dan lebat dijadikan atap
rumah untuk berteduh.batang²nya
dijadikan penyangga rumahnya yang kokoh.
Lalu apa yang harus kulakukan?marah?
murka?
Pantas kah aku melakukannya?
Aku hanya merawatnya bukan
menciptakannya.
Sekarang aku tak punya sebatang pohon pun.
Aku terus berjalan mengikuti arah angin
sesekali berteduh kesana kemari.
Banyak kutemui pojon rindang yg
membuatku nyaman merasa sejuk berteduh
dibawahnya.tapi ternyata pohon itu sudah
berpemilik.beberapa kali aku mencoba
menanam beberapa benih pohon sekaligus 3, berbagai macam pohon ku rawat.mereka layu satu persatu.
Tuhan ikhlaskan aku melepaskan pohon
kelapa itu ciptakan lah pohon yg terbaik
untukku.jika yga tebaik pohon toge
sekalipun aku rela asal dia tumbuh subur nantinya.


-jogja 7 oktober 2014
-hendrik haryono-

Rabu, 01 Oktober 2014

Lelaki kebanggaanmu

Ho...hoo....hooooo.....dah lumayan lama nih gak menyapa disini, ada yang merindu kata-kata ku???
________________________________________

Semakin kau sayang, semakin besar
kepalanya.
Dan oleh tipu-tipunya, kau berlangganan.
Ia meremehkan maaf-maaf yang kau
berikan.
Dan dari tiap airmata yang menetes basahi pipimu,Ia terhibur.
Kau tidak tahu, ia menahan tawa setengah mati, saat kepadamu ia memohon akan kesempatan.
Melihatmu menangis adalah kenikmatan.
Dirindukanmu, ia merasa bosan.
Ia mencoba membuatmu menikmati rasa kecewa.
Supaya itu akan menjadi candu.
Jika ia tidak menyakitimu, kau akan lebih
menderita.
Bila sehari saja kau tanpa luka, kau akan
mempertanyakan dirimu sendiri.
Dan karenanya, kau tidak mengenal dirimu lagi.

Itulah lelaki yang kau bangga-banggakan.Itulah dia.