Rabu, 14 Januari 2015

Cinta Rasa Kurang

Cinta itu sebuah kebingungan yang dianugerahkan kepada kita supaya kita tidak selalu merasa paling benar. Aku mungkin saja salah memandang cinta itu begitu, tapi apakah kau wanita yang paling tahu urusan cinta?

Mencintai bukan kesalahan.
Benarkah manusia berhak memberi batas bagi kesabaran?
Sebab cinta itu menguatkan.
Bagaimana kau berpikir cinta itu melemahkanmu?

Kau lelah, kau bilang.
Kau melemah, katamu.

Percayakah kau pada kalimat-kalimat yang mulutmu ingin sedunia ini mendengar? Haruskah kau memaksaku, seolah bahagiamu itu bergantung pada pura-pura dan gerak yang dibuat-buat, bukan pada apa adanya orang, sebebas-bebasnya hati menuntun tubuh?

Kau tampak sedang tega pada diri seniri, menangis namun
sesombong itu mementahkan ketulusanku, berpaling untuk setajam itu meremehkan lelaki. Aku lelaki!

Kutebak sebentar lagi kau akan tertawa, demikian juga aku, tapi sesuai selera humor masing-masing.

Kupikir, kau tidak perlu meminta maaf. Aku agak lupa salahmu di mana, bahkan tidak tertarik untuk mengingat kau pernah bahagia. Bersamaku. Katakanlah dicintaiku rasanya selalu kurang, hingga kau berpikir, bahagia itu tidak sederhana. Bahagia itu tiak serumit yang kau pikir, Sayang. Itu yang kupikir, semampunya aku ingin dewasa. Namun aku masihlah aku, pun aku tidak mengharapkan yang buruk-buruk, melainkan semoga tanpaku kau jadi tenang, dan pergiku mencukupkanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar